1.000 Masjid Hancur Digempur Israel-100 Imam Terbunuh

Selain menghancurkan masjid, lebih dari 100 orang imam masjid juga terbunuh akibat serangan tersebut.

Suhardiman
Senin, 22 Januari 2024 | 14:16 WIB
1.000 Masjid Hancur Digempur Israel-100 Imam Terbunuh
Sejumlah warga Palestina memeriksa bangunan yang hancur setelah serangan udara Israel di kota Rafah di Jalur Gaza selatan. [ANTARA/Xinhua/Khaled Omar]

SuaraSumut.id - Sedikitnya 1.000 mesjid hancur lebur imbas serangan Israel di Jalur Gaza. Otoritas setempat menyatakan ada sekitar 1.200 mesjid di seluruh Jalur Gaza.

"Rekonstruksi mesjid tersebut akan menghabiskan biaya sekitar 500 juta dolar AS (sekitar Rp7,8, triliun)" kata Kementerian Wakaf dan Agama Gaza Palestina melansir Antara, Senin (22/1/2024).

Selain menghancurkan masjid, lebih dari 100 orang imam masjid juga terbunuh akibat serangan tersebut.

"Pendudukan Israel terus menghancurkan lusinan pemakaman dan menggali kuburan, melanggar kesuciannya dan mencuri mayat di dalamnya, yang jelas merupakan pelanggaran terhadap piagam internasional dan hak asasi manusia," ungkapnya.

Tidak ada komentar dari otoritas Israel atas tuduhan tersebut. Menurut pernyataan tersebut, gereja, gedung perkantoran, sekolah mengaji dan sebuah bank juga hancur akibat serangan Israel.

"Kami mengimbau warga dan negara-negara Arab serta masyarakat yang memiliki hati nurani untuk ikut memenuhi tanggung jawab atas nasib warga Palestina di Jalur Gaza," tambahnya.

Israel terus menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober, yang menurut Tel Aviv menewaskan hampir 1.200 orang warga.

Sementara 25.105 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 62.681 orang terluka, menurut otoritas kesehatan Palestina.

Serangan Israel menyebabkan sekitar 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong itu rusak atau hancur, menurut data dari PBB.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini