SuaraSumut.id - Seorang driver ojek online (Ojol) di Medan, Reza (28) termenung di dalam rumahnya yang sederhana di Jalan Karya Kecamatan Medan Barat. Wajahnya tampak lesu, matanya nanar memandangi layar ponsel menunggu orderan.
"Semenjak PPKM ini, sepi sekali bang, hancur orderan, sepi," kata Reza saat ditemui SuaraSumut.id, Rabu (14/7/2021).
Reza mengaku, kondisi ini membuatnya terhimpit. Di satu sisi ia perlu biaya untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, semangatnya mencari rezeki terpaksa pupus meski adanya PPKM darurat di Medan.
"Kalau hari biasanya (sebelum PPKM darurat) 15 orderan, ini sekarang 5 aja dapat dah sukur," katanya.
Ia mengaku, sepinya orderan ini dipengaruhi oleh banyaknya karyawan dirumahkan selama PPKM darurat.
"Siapa yang saya antar bang, kalau mereka dirumahkan, biasanya pagi sore itu ramai orderan," kata Reza.
Butuh bantuan pemerintah
Ia mengaku bingung bagaimana mensiasati agar orderan bisa meningkat. Di satu sisi, Reza merupakan tulang punggung keluarga ini diharapkan untuk membantu kebutuhan sehari-hari.
"Mau keluar rumah, keliling-keliling mau ke mana, minyak tekor. Belum lagi jalan dialihkan, makan jauh muternya," katanya.
Baca Juga: 5 Cara Menyetop Kebiasaan Buruk yang Sudah Mendarah Daging
"Sekarang ini, hemat-hemat dulu lah, jangan sampai boros kali, tapi sampai kapan bisa bertahan kalau kayak gini terus. Oyong mikirkannya bang, belum lagi tagihan ini itu, pahit," sambungnya.
Ia berharap agar kiranya ada bantuan konkrit dari pemerintah terhadap masyarakat yang terdampak Covid-19.
"Ini hari ketiga PPKM, udah mulai terasa dampaknya. Harapannya kalau bisa ada bantuan mau itu sembako atau uang untuk bertahan. Apalagi kabarnya mau sampai enam minggu PPKM darurat. Bisa gawat kalau gak ada bantuan," tandasnya.
Diketahui, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM darurat di Kota Medan dimulai Senin 12 hingga 20 Juli 2021. Aturan itu tertuang dalam surat edaran Wali Kota Medan nomor 443.2/6134. Surat edaran tersebut ditandatangi oleh Wali Kota Medan Bobby Nasution.
Dalam surat edaran disebut kegiatan belajar mengajar (sekolah, perguruan tinggi, akademi, tempat pendidikan/pelatihan) dilakukan secara daring/online. Pelaksanaan kegiatan di tempat kerja/perkantoran diberlakukan 75 persen WFH dan 25 persen WFO dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat.
"Pelaksanaan kegiatan pada sektor non esensial diberlakukan 100 persen WFH," tulis dalam surat edaran itu.
Tag
Berita Terkait
-
Heboh Ojol Ngaku Pendapatan Naik Jadi Rp 5 Juta Saat Pandemi, Alasannya Bikin Heran
-
Kisah Ojol Penyandang Disabilitas: Rute Lebih Jauh dari Map Aplikasi, Suplemen Air Putih
-
Pantang Menyerah! Jurus Eko Sopir Ojol Bertangan Satu Gapai Rezeki di Masa Covid-19
-
Menyentuh! Kasir Tawarkan Makanan Gratis di Restoran, Driver Ojol Ini Langsung Ingat Anak
-
Haru! Ditawari Makan Gratis dari Restoran, Sopir Ojol ini Pilih Menu Buat Anak
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Pertamina Bersihkan Puskesmas Rantau di Aceh untuk Pulihkan Layanan Kesehatan Masyarakat
-
Lokasi SIM Keliling Medan Pekan Ini, Lengkap dengan Syarat dan Jam Operasionalnya
-
Kerugian Banjir di Aceh Timur Capai Rp 5,39 Triliun, Ribuan Rumah Rusak
-
1.955 Kantong Darah Didistribusikan ke Wilayah Bencana di Aceh
-
ARTKARO 2025, dari Kegelisahan Lokal Menuju Ekosistem Seni Rupa Nasional