SuaraSumut.id - Sektor industri pengolahan mengalami penurunan ekspor terdalam sebesar 25,92 persen pada Mei 2022. Restriksi ekspor minyak sawit menjadi pemicunya.
Hal ini dikatakan oleh Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto melansir Antara, Rabu (16/6/2022).
"Yang mengalami penurunan secara month to month (MoM) ini, utamanya adalah industri pengolahan yang mengalami penurunan ekspor terdalam, yaitu turun 25,92 persen. Untuk minyak kelapa sawit, kita mengalami restriksi ekspor pada Mei lalu, sehingga minyak kelapa sawit mengalami penurunan ekspor pada Mei 2022," katanya.
Penurunan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia terlihat dari data ekspor komoditas itu ke India yang turun 100 persen pada Mei 2022 menjadi 0 rupiah dari April 2022 sebesar 376,60 juta dolar AS.
Ekspor minyak sawit ke Pakistan juga turun 90,17 persen menjadi 21,90 juta dolar AS dari sebelumnya 222,80 juta dolar AS pada April 2022.
Penurunan ekspor minyak sawit terbesar terjadi dari Riau yang menurun 91,57 persen menjadi 84,40 juta dolar AS pada Mei 2022 dibandingkan April 2022 sebesar 1 miliar dolar AS.
Nilai ekspor RI pada Mei 2022 mencapai 21,51 miliar dolar AS atau turun 21,29 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Namun demikina, nilai ekspor tersebut mengalami peningkatan 27 persen jika dibandingkan ekspor pada Mei tahun sebelumnya.
Penurunan ekspor Mei 2022 terjadi hampir di semua sektor, baik sektor industri pengolahan; pertanian, kehutanan, dan perikanan, serta industri pertambangan.
Baca Juga: Harga Sawit Makin Murah saat Pupuk Mahal, Petani: Tolonglah Serius Urus Masyarakat Kecil!
"Hanya sektor migas yang mengalami peningkatan ekspor pada Mei 2022 sebesar 4,38 persen," ujar Setianto.
Adapun ekspor sektor pertanian mengalami penurunan 25,92 persen, dengan penurunan terbesar terjadi pada ekspor sarang burung walet dan tanaman obat.
Penurunan juga terjadi pada sektor pertambangan sebesar 12,92 persen yang didorong oleh penurunan komoditas bijih tembaga dan lignit.
Sementara itu, ekspor sektor migas mengalami peningkatan 4,38 persen (MoM), utamanya didorong oleh komoditas migas untuk minyak mentah dan gas.
"Komoditas yang mengalami peningkatan antara lain nikel, tembaga, bahan anyaman nabati, minuman, alkohol, cuka, korek api, kembang api, dan bahan peledak," tukasnya.
Berita Terkait
-
Harga Sawit Makin Murah saat Pupuk Mahal, Petani: Tolonglah Serius Urus Masyarakat Kecil!
-
Masyarakat Simalungun Menolak Keras Tanaman Teh Diganti Sawit
-
Buntut Cekcok Lahan, Warga Pesisir Selatan Tewas Ditembak di Kebun Sawit
-
Satu Keluarga di Tapanuli Selatan Keracunan Makanan Usai Konsumsi Jamur Kelapa Sawit
-
Untuk Ciptakan Hubungan Industrial yang Kondusif di Perkebunan Sawit, Kemnaker Siapkan 3 Langkah Strategis
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
Terkini
-
Telkomsel Pulihkan 21 Site di Aceh Tamiang dan Salurkan Bantuan Sosial
-
Jelang Natal, Asian Agri Adakan Pasar Murah Minyak Goreng di Labusel
-
Puncak HUT Ke-68, Dirut Pertamina Kawal Misi Kemanusiaan di Aceh
-
Anak Perempuan Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan Ternyata Masih SD, Motifnya?
-
Kapolres Labusel Raih Penghargaan Penegak Hukum Peduli Anak pada Anugerah KPAI 2025