“Cocopeat ini terbuat dari sabut kelapa bermanfaat untuk menyuburkan tanah, menjadi kompos. Bisa dilah menjadi coco fiber sebagai media tanam atau pengganti kain mulsa. Atau bahan pembuat kasur dan sora,” katanya.
Bahan baku serabut kelapa melimpat di Langkat. Harga serabut kelapa sebanyak 1 mobil pikap, hanya Rp 75.000. Dapat diolah menjadi 30 – 50 karung yang mana dalam 1 karung beratnya sekitar 18 kg. Sedangkan harga jual cocopeat, mulai dari Rp 20.000-Rp 38.000.
“Pada awalnya memasarkan produk ini cukup sulit. Sekarang cocopeat banyak diminati untuk proyek pembibitan, konstruksi seperti jalan tol. Bahkan kami sering kewalahan memenuhi permintaan. Satu mesin itu bisa menghasilkan pendapatan bersih Rp 150.000-Rp 200.000,” katanya.
Saat ini, permintaan cocopeat cukup tinggi dan belum bisa dipenuhi oleh 29 mesin yang beroperasi di Langkat di antaranya di Desa Pulau Banyak, Sangga Lima, Sungai Rebat.
“Harapan saya dengan beroperasinya mesin cocopeat di Kwala Serapuh ini, bisa meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Pemasaran tidak perlu khawatir. Kita bisa membuka dan berbagi pasar bersama,” jelasnya.
Ketua Kelompok Putri Mangrove, Putri Handayani mengatakan, selama ini bahan baku cocopeat, yakni serabut kelapa di desanya tidak pernah dimanfaatkan. Dengan adanya mesin pencacah dan pelatihan ini, dia yakin dapat memacu masyarakat untuk memaksimalkan potensi tersebut.
Dengan cocopeat, menurutnya akan dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga yang mana sebelumnya ibu-ibu rumah tangga umumnya tidak memiliki pekerjaan. Apalagi, pasar untuk cocopeat ternyata terbuka lebar saat ini sehingga tidak perlu dikhawatirkan.
“Harapan saya dan kelompok ini agar ibu yang tidak punya pekerjaan bisa terlibat sehingga dapat meningkatkan ekonomi keluarga, bisa memenuhi kebutuhan keluarga dan mendukung suami,” cetusnya.
Sementara itu, Manajer Program GJI, Sofian Adly mengatakan, selain pelatihan juga dilakukan pembibitan nipah sebanyak 3000 batang untuk ditanam di wilayah Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang dikelola Kelompok Tani Nipah seluas 242 hektare.
"Tujuan utamanya adalah untuk melestarikan ekosistem dan menyediakan habitat yang baik bagi ikan, udang dan kepiting," katanya.
Berita Terkait
-
Ormas FBR Vs BANTARA Tawuran saat Bulan Puasa, Begini Kronologi dan Pemicu Bentrokan!
-
Dampak Positif Pelatihan Wirausaha Wanita di Indonesia
-
Berkontribusi pada Ekonomi, UMKM Berbasis Kelapa Sawit Berpotensi Hasilkan Produk Berorientasi Ekspor
-
Mahasiswa Giat 11 Unnes Gelar Pelatihan Membuat Bucket Snack pada Ibu PKK
-
Erick Thohir Dapat Hadiah Kejagung Kelola Ratusan Hektare Lahan Sawit Hasil Sitaan
Terpopuler
- Menguak Sisi Gelap Mobil Listrik: Pembelajaran Penting dari Tragedi Ioniq 5 N di Tol JORR
- Kode Redeem FF SG2 Gurun Pasir yang Aktif, Langsung Klaim Sekarang Hadiahnya
- Dibanderol Setara Yamaha NMAX Turbo, Motor Adventure Suzuki Ini Siap Temani Petualangan
- Daftar Lengkap HP Xiaomi yang Memenuhi Syarat Dapat HyperOS 3 Android 16
- Xiaomi 15 Ultra Bawa Performa Jempolan dan Kamera Leica, Segini Harga Jual di Indonesia
Pilihan
-
Link Live Streaming AC Milan vs Inter Milan: Duel Panas Derby Della Madonnina
-
FULL TIME! Yuran Fernandes Pahlawan, PSM Makassar Kalahkan CAHN FC
-
Libur Lebaran, Polresta Solo Siagakan Pengamanan di Solo Safari
-
Dipermak Nottingham Forest, Statistik Ruben Amorim Bersama MU Memprihatinkan
-
Partai Hidup Mati Timnas Indonesia vs China: Kalah, Branko Ivankovic Dipecat!
Terkini
-
Aceh Diguncang 46 Kali Gempa Susulan
-
Angka Kecelakaan Lalu Lintas di Sumut Turun 68 Persen
-
Bobby Nasution Imbau Warga Berhati-hati saat Berwisata: yang Punya Anak, Diperhatikan, Dijaga
-
Lebaran at The Kaldera, BPODT Hadirkan Atraksi Wisata Seru di Danau Toba
-
Tinjau Kapal Penyeberangan di Danau Toba, Bobby Nasution Temukan Kapal Tak Miliki Izin