SuaraSumut.id - Kecanduan film porno membuat seseorang mengalami dorongan yang sulit dikendalikan untuk terus menerus menonton materi pornografi secara berlebihan, sehingga mengganggu kesejahteraan fisik, mental, sosial, dan kadang finansial dalam kehidupannya sehari-hari.
Secara medis, kecanduan pornografi sering dianggap sebagai bentuk kecanduan seksual kompulsif, meskipun baik DSM-5 maupun ICD-11 belum mengklasifikasikannya secara resmi sebagai gangguan mental.
Namun, gejalanya mirip dengan kecanduan zat adiktif seperti alkohol atau narkoba, yaitu sulit berhenti meskipun tahu akibat buruknya, kehilangan kontrol, dan dampak negatif terhadap berbagai aspek kehidupan.
Kecanduan ini menyebabkan perubahan pada sistem saraf otak yang mengatur motivasi, penghargaan (reward), dan memori, sehingga memicu respons berulang yang sulit dihentikan.
Seseorang yang ketagihan pornografi sering menghabiskan waktu berlebihan menonton konten porno, mengabaikan aktivitas produktif dan hubungan sosial, sehingga menimbulkan stres, depresi, isolasi sosial, dan masalah produktivitas.
Berikut adalah 5 dampak buruk sering menonton film porno:
1. Kecanduan dan Perubahan Otak
Sering menonton film porno bisa menyebabkan kecanduan. Otak akan terus-menerus mencari sensasi dari rangsangan yang sama, sehingga terjadi adiksi mirip ketergantungan zat adiktif.
Studi juga menunjukkan bahwa volume otak di area striatum, bagian otak yang mengatur motivasi dan penghargaan, bisa mengalami penyusutan. Akibatnya, fungsi otak dapat terganggu dan kemampuan fokus serta daya ingat menurun.
2. Disfungsi Seksual
Kebiasaan ini dapat menimbulkan berbagai gangguan seksual, seperti disfungsi ereksi maupun kesulitan dalam mencapai kepuasan seksual di kehidupan nyata.
Sensasi dari pornografi seringkali lebih "intens" dibanding stimulasi natural bersama pasangan, sehingga membuat individu butuh rangsangan lebih besar untuk terangsang dan sulit menikmati hubungan seksual sebenarnya.
3. Penurunan Kepuasan dan Keintiman Hubungan
Paparan pornografi berulang bisa menciptakan ekspektasi tidak realistis terhadap hubungan intim dan pasangan. Hal ini dapat menurunkan rasa puas dalam hubungan nyata, merusak kepercayaan diri pasangan, dan mengganggu keintiman emosional.
4. Gangguan Mental dan Emosional
Berita Terkait
-
Terbukti Ampuh! 7 Manfaat Mindfulness yang Jarang Diketahui
-
Revolusi Senyap Melawan Kebisingan: Mengapa Kita Mendambakan Slow Living?
-
Cantik Luar Dalam: Bagaimana Perawatan Holistik Kecantikan dan Mental Jadi Solusi Baru?
-
Rahasia Sekolah Juara: Materi Eksklusif Kesehatan Fisik dan Mental Gratis untuk Guru SD - SMP
-
Bukan Lagi Salah Korban: Saatnya Menuntaskan Akar Bullying
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
Terkini
-
Telkomsel Pulihkan 21 Site di Aceh Tamiang dan Salurkan Bantuan Sosial
-
Jelang Natal, Asian Agri Adakan Pasar Murah Minyak Goreng di Labusel
-
Puncak HUT Ke-68, Dirut Pertamina Kawal Misi Kemanusiaan di Aceh
-
Anak Perempuan Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan Ternyata Masih SD, Motifnya?
-
Kapolres Labusel Raih Penghargaan Penegak Hukum Peduli Anak pada Anugerah KPAI 2025