Kesadaran Prokes Masyarakat Sumut Rendah, Gubsu Edy: Masih Belum Percaya Covid-19 Ada!

Hal itu terlihat dari aktivitas masyarakat di beberapa lokasi, seperti di pasar tradisional.

Suhardiman
Kamis, 08 Juli 2021 | 16:12 WIB
Kesadaran Prokes Masyarakat Sumut Rendah, Gubsu Edy: Masih Belum Percaya Covid-19 Ada!
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi. [Suara.com/Muhlis]

SuaraSumut.id - Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi menilai, kesadaran masyarakat di daerah yang dipimpinnya dalam mematuhi protokol kesehatan (prokes) masih rendah. Hal itu terlihat dari aktivitas masyarakat di beberapa lokasi, seperti di pasar tradisional.

"Saya memang yakin dan itu benar, khususnya dalam menjalani 3M masyarakat kita itu berat sekali. Kita bisa lihat di pasar-pasar tradisional sama sekali mengabaikan, paling 10 sampai 20 persen yang mematuhi, yang lain mengabaikan. Tolong wartawan ini sosialisasikan kepada rakyat kita," kata Edy, Kamis (8/7/2021).

Menurut Edy, menerapkan 3M adalah upaya mencegah dan memutus rantai penularan Covid-19 yang saat ini semakin bertambah variannya. Kendati sosialisasi terus masif dilakukan oleh pemerintah baik secara nasional maupun daerah, namun kesadaran masyarakat di Sumut terutama dalam menggunakan masker.

"Edukasi kepada masyarakat ini harus dilakukan, salah satunya wartawan ini harus memberikan informasi kepada masyarakat terkait bahayanya virus Covid-19 ini," ujarnya.

Baca Juga:Viral Tikus Teler Usai Dua Hari Nikmati Ganja, Pulih Setelah Diberi Dosis Ringan

Edy mengatakan, rendahnya kesadaran di masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan tidak terlepas dari masih adanya anggapan di masyarakat jika Covid-19 tidak benar.

Di sisi lain, kata Edy, masih ada pula pihak yang terus memberikan informasi tidak benar yang menarasikan kondisi pandemi saat ini hanya kepentingan pihak tertentu.

"Masih belum percaya kalau benar Covid-19 ini ada, karena masih banyak orang yang memboomingkan kalau Covid-19 itu politis, Covid-19 itu mencederai rakyat, macam-macam lah. Padahal Covid-19 ini benar-benar virus yang membahayakan bagi manusia," ungkapnya.

Batasi Mobilitas Masyarakat 

Sementara itu, Pemkot Medan akan melakukan pembatasan aktivitas masyarakat keluar dan masuk ke Kota Medan selama PPKM Mikro Ketat. Termasuk mobilitas masyarakat ke lokasi wisata.

Baca Juga:Soal Diskon Hukuman Pinangki, Jaksa Ngaku Ogah Ambil Tindakan Tak Berdasarkan Hukum

Wali Kota Medan Bobby Nasution mengatakan, aktivitas masyarakat ketika siang hari menjadi bertambah di Kota Medan. Untuk itu, Pemkot Medan akan melakukan pembatasan sebagai upaya mencegah penularan Covid-19.

"Masyarakat Kota Medan itu kalau malam ada 2,5 juta dan siang hampir 3 juta orang, artinya masih banyak jadi perlu ada sedikit pembatasan," kata Bobby.

Pembatasan mobilitas masyarakat di Kota Medan akan dilakukan dengan penyekatan di perbatasan. Langkah tersebut akan segera dikomunikasikan dengan pemerintah kabupaten tetangga, seperti Kabupaten Deli Serdang.

"Paling yang ingin kami lanjutkan karena itu sudah ada, yakni pembatasan ke arah Berastagi karena itu tempat wisata. Karena aktifitas di tempat wisata kan harus dibatasi," ungkapnya.

Bobby mengatakan, dalam dua hari pemberlakuan PPKM Mikro ketat di Kota Medan sejauh ini masih berjalan baik. Pemko Medan saat ini tengah gencar mengimbau masyarakat untuk mematuhi aturan PPKM yang ada.

Upaya yang dilakukan saat ini mengutamakan tindakan persuasif yakni dengan terus mengajak masyarakat bersama-sama mencegah dan memutus rantai penularan Covid-19.

"Cara kita untuk menginformasikan kepada masyarakat ini harus lebih massif lagi agar terdengar dan diikuti masyarakat. Kami (Pemko Medan) bukan hanya ingin menindak dan menegur, kami ingin mengajak masyarakat bisa mengikuti aturan yang ada," ujarnya.

Bobby mengaku, fatality rate di Kota Medan masih di bawah standar yang ditetapkan WHO. Hal tersebut salah satu indikator yang menjadikan Medan masuk ke level 4 bersama 34 kota di Indonesia.

Namun demikian Kota Medan masih dalam kondisi aman jika dilihat dari fatality rate yang hanya 3 persen. Sedangkan untuk keterisian tempat tidur di rumah sakit atau bed occupancy rate (Bor) berada di angka 41 persen.

"Fatality rate kita masih 3 persen, Itu di bawah standar WHO yang sudah ditetapkan. Kita (Medan) berada di angka 3,1 persen, dan bor kita 41 persen, sedangkan untuk ICU itu 37 persen. Ini yang masih kita rasa medan masih aman, tapi perlu pengetatan," tukasnya.

Kontributor : Muhlis

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak