Pengawas Kerangkeng Manusia di Rumah Bupati Langkat Sebut Warga yang Titipkan Keluarganya Resah Kalau Kerangkeng Ditutup

Keberadaan puluhan orang yang hidup di balik kerangkeng manusia di belakang Rumah Bupati Langkat diduga terkait erat dengan perbudakan modern.

Suhardiman
Rabu, 26 Januari 2022 | 11:37 WIB
Pengawas Kerangkeng Manusia di Rumah Bupati Langkat Sebut Warga yang Titipkan Keluarganya Resah Kalau Kerangkeng Ditutup
Pengawas kerangkeng manusia di Rumah Bupati Langkat Terbit Rencana Perangin Angin sekaligus Kepala Desa Balai Kasih, Kecamatan Kuala, Suparman PA. [Ist]

SuaraSumut.id - Kontroversi keberadaan kerangkeng manusia yang berada di belakang Rumah Bupati Langkat nonaktif Terbit Rencana Perangin Angin kini menjadi polemik hingga menjadi sorotan Istana Kepresidenan. Keberadaan puluhan orang yang hidup di balik kerangkeng manusia tersebut diduga terkait erat dengan perbudakan modern.

Namun anggapan tersebut dibantah oleh pengawas kerangkeng yang juga Kepala Desa Balai Kasih, Kecamatan Kuala, Suparman PA.

Ia mengungkapkan, jika kerangkeng itu menjadi tempat pembinaan pecandu narkoba. Menurutnya, ada sekitar 500 orang yang dinyatakan sembuh dari tempat pembinaan tersebut.

Kerangkeng berisi manusia ditemukan di rumah Bupati Langkat Terbit Rencana Perangin-Angin. Temuan itu telah dilaporkan Migrant Care ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Senin (24/1/2022). [dokumentasi]
Kerangkeng berisi manusia ditemukan di rumah Bupati Langkat Terbit Rencana Perangin-Angin. Temuan itu telah dilaporkan Migrant Care ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Senin (24/1/2022). [dokumentasi]

"Ada sekitar 500 orang yang sudah sembuh," katanya kepada wartawan, Selasa (25/1/2022).

Baca Juga:Siapa Bupati Langkat yang Punya Kerangkeng Manusia di Rumah? Terbit Rencana Diduga Memperbudak Pekerja Sawit

Selama masa pembinaan, penghuni kerangkeng dibekali kemampuan. Selain itu, warga yang menitipkan keluarganya di tempat itu tidak dipungut biaya.

"Warga binaan itu datang dibawa oleh keluarganya dengan kesepakatan," ujarnya.

Ketika warga binaan itu sudah sembuh sebelum selesai waktu dalam kesepakatan, pihak keluarga bisa membawanya pulang.

"Boleh (diambil). Kan ada kesepakatan berapa lama. Ada yang kontraknya setahun, delapan bulan sudah sembuh," jelasnya.

Lantaran itu, dia membantah pemberitaan miring yang mengatakan adanya perbudakan modern. Penghuni kerangkeng yang dititipkan keluarganya untuk dibina dan dididik.

Baca Juga:Geger Kerangkeng Manusia Bupati Langkat Terbit Rencana Perangin Angin, Sudah Beroperasi 10 Tahun

"Kerja paksa itu nggak ada, pemukulan juga tak ada. Warga yang menitipkan keluarganya resah kalau itu (kerangkeng) ditutup. Mereka menolak," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini