AS Bantah Klaim Kemenangan Rusia di Mariupol Ukraina

Klaim tersebut dibantah tegas oleh Amerika Serikat (AS). Menurutnya, pasukan Ukraina masih berada di Mariupol Ukraina.

Riki Chandra
Jum'at, 22 April 2022 | 15:22 WIB
AS Bantah Klaim Kemenangan Rusia di Mariupol Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin. [Pixabay/DimitroSevastopol]

SuaraSumut.id - Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kemenangan dalam pertempuran terbesar di Ukraina pada pada Kamis (21/4/2022). Dia menyebut, kota pelabuhan Mariupol telah dibebaskan.

Klaim tersebut dibantah tegas oleh Amerika Serikat (AS). Menurutnya, pasukan Ukraina masih berada di Mariupol Ukraina.

Sebelumnya, Putin memerintahkan pasukan Rusia untuk memblokade sebuah kompleks pabrik baja, tempat sejumlah warga Ukraina disebutkan telah menyerahkan diri ataupun meninggal.

Menurut Ukraina, Putin ingin menghindarkan bentrokan terakhir dengan pasukan Ukraina di Mariupol karena ia tidak punya cukup tentara untuk mengalahkan pasukan negara itu.

Baca Juga:Minta Tambahan Investasi Perubahan Iklim, Menkeu AS: Reformasi Bank Dunia dan IMF!

Namun, beberapa pejabat Ukraina juga menyuarakan permintaan bantuan untuk mengevakuasi para warga sipil, juga prajurit-prajurit yang terluka.

Dalam pertemuan di kantornya, Kremlin, yang disiarkan televisi, Putin menyampaikan selamat kepada menteri pertahanan dan pasukan Rusia karena sudah "berhasil menyelesaikan upaya pertempuran untuk membebaskan Mariupol".

Ia mengatakan penting untuk melakukan serbuan ke zona industri. Pabrik baja Azovstal berada di zona itu.

"Blokir kawasan industri ini sehingga lalat pun tidak bisa masuk," kata Putin.

Mariupol, salah satu pelabuhan utama di wilayah Donbas di Ukraina timur, berada di antara daerah-daerah yang dikuasai kelompok separatis dan Krimea-semenanjung di Laut Hitam yang dicaplok Rusia pada 2014.

Baca Juga:aespa Beri Spoiler Judul Lagu Baru yang Akan Mereka Tampilkan di Coachella

Dengan menguasai kota pelabuhan itu, Rusia bisa menghubungkan kedua daerah saat meningkatkan serangannya di Ukraina timur.

Kendati Putin mengklaim kemenangan besar pertama sejak pasukannya terdesak keluar dari Kiev serta kawasan Ukraina utara pada Maret, Rusia belum berhasil mencapai kemenangan seperti yang diinginkan.

Dalam pidato larut malam, Presiden Rusia Volodymyr Zelenskyy mengatakan Rusia bertindak habis-habisan supaya bisa "menyebut-nyebut soal setidaknya beberapa kemenangan", termasuk dengan mengerahkan kelompok taktis batalyon yang baru.

Ketika dimintai komentar soal klaim Putin menyangkut kemenangan di Mariupol, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan pernyataan itu "lagi-lagi merupakan disinformasi dari buku pedoman mereka yang sudah usang".

Mariupol telah mengalami pertempuran paling sengit sejak pasukan Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari.

Kota berpenduduk 400.000 orang itu juga mengalami bencana kemanusiaan terburuk sejak invasi bergulir.

Ukraina memperkirakan sudah puluhan ribu warga sipil yang meninggal di Mariupol. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Palang Merah mengatakan jumlah korban jiwa itu mencapai sedikitnya ribuan orang.

Para petempur Ukraina masih berada di kompleks baja Azovstal --salah satu fasilitas terbesar metalurgi di Eropa. Luasnya mencapai 11 kilometer persegi dan memiliki sejumlah gedung ukuran raksasa, ruang bawah tanah, dan terowongan.

Wali Kota Mariupol Vadym Boichenko, mengatakan pada Kamis bahwa hanya Putin yang bisa menentukan nasib 100.000 warga sipil yang terkepung di kota itu.

"Penting untuk dipahami bahwa masih ada orang-orang bernyawa di sana, nasib mereka berada di tangan hanya satu orang --Vladimir Putin. Dan kematian yang akan terjadi sekarang, juga ada di tangan dia," kata Boichenko dalam wawancara.

Deputi Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuck mengatakan 1.000 warga sipil serta 500 prajurit yang terluka perlu segera dibawa keluar dari kompleks baja tersebut.

Ia menuding pasukan Rusia bersalah karena tidak membuat koridor aman, yang menurutnya sudah disepakati.

Moskow mengatakan Rusia telah membawa 140.000 warga sipil keluar dari Mariupol dalam gerakan evakuasi kemanusiaan.

Kiev mengatakan beberapa di antara para warga tersebut disuruh keluar secara paksa dari Mariupol. Tindakan seperti itu terhadap mereka bisa dianggap sebagai kejahatan perang. (Antara/Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini