SuaraSumut.id - Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi menegaskan, kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Sumut, masih dalam posisi terkendali dengan berbagai langkah penanganan.
Edy mengaku, saat ini penularan PMK memang berada pada posisi sekitar 4.000-an ekor. Namun, Edy meminta masyarakat untu tidak panik, seiring langkah penanganan yang sejauh ini terus dilakukan di seluruh kabupaten/kota yang terkena.
"Dari jumlah itu, hanya 10 ekor yang mati. Itupun yang anakan, karena kondisi tempatnya yang kurang baik. Dan langkah penanganan terus kita lakukan, jadi masyarakat harus tenang," kata Edy melansir Medanheadlines.com--jaringan Suara.com, Jumat (3/6/2022).
Dari total hewan ternak yang terindikasi PMK, kata Edy, sekitar 3.600 (3.683) ekor dinyatakan sembuh. Artinya tinggal 400 ekor yang belum, dan masih dilakukan isolasi.
Baca Juga:LPSK: Pelaku Kekerasan Seksual Mayoritas Orang Dekat
“Kita sudah buat rambu-rambunya di situ (aturan), yakni tidak boleh keluar masuk (perdagangan antar daerah/provinsi) sapi sementara ini. Harus ada surat izin, untuk hewan kurban dan harus ada surat pernyataan bahwa binatang ternak tersebut sehat," kata Edy.
Bagi hewan ternak yang terindikasi PMK, telah disiapkan proses isolasi. Sehingga kondisi saat ini, meskipun masih ada hewan ternak yang terindikasi PMK, masih terkendali dan bisa ditangani pihak terkait.
"Soal status wabah, ya banyak yang mau dinyatakan ini wabah, sehingga semua ditanggung oleh pemerintah. Kalau itu, nanti buntutnya ngejarnya ke sana itu," jelas Edy.
Meskipun belum ada vaksin disiapkan untuk penanganan PMK, kata Edy, namun pemerintah menjamin ketersediaan obat dan vitamin untuk diberikan kepada hewan ternak. Seperti yang ada saat ini, sebagian besar hewan bisa sembuh dengan bantuan intensif pengobatannya.
"Vaksin belum ada. Obat antibiotik dan vitamin yang dilakukan. Ada isu miring katanya obat-obatan tak ada, mahal, bohong," tukasnya.
Baca Juga:BNPB: 1.686 Bencana Terjadi di Indonesia selama Januari- Mei 2022