SuaraSumut.id - Komoditas Kayu Manis Lawang (Cinnamomum Cullilawan) Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara (Sumut), ternyata sudah menembus pasar hingga ke Eropa.
"Tahun ini sudah kita ekspor ada ke Jerman sebanyak 26 ton," kata pengusaha Kayu Manis, Faisal Reza Pardede, Selasa (25/10/2022).
Pengusaha muda hasil-hasil bumi Sipirok itu mengatakan, Tapsel menyimpan potensi kayu manis lawang yang luar biasa banyak.
"Tanaman ini banyak dikenal di Indonesia Timur (Kabupaten Seram), sekarang keberadaan tanaman ini banyak teridentifikasi di Kecamatan Sipirok, Kecamatan Arse, Kecamatan Saipar Dolok Hole, dan Kecamatan Aek Bilah dari antara seluruh 15 jumlah kecamatan se Tapsel," sebutnya.
Baca Juga:Miris, Mahasiswa Cabuli Siswi SD di Sumut Modus Antar-Jemput Pulang Sekolah
Pada tahun 2022 ini, ke empat kecamatan itu sudah mengeluarkan sedikitnya 50 ton kayu manis lawang atau sebanyak 26 ton ekspor ke Jerman dan sisa 24 ton menutupi kebutuhan perusahaan jamu dan obat-obatan dalam negeri.
Menurut Reza, kualitas kulit manis lawang Sipirok cukup baik.
"Hal itu dibuktikan dari beberapa kali pengiriman yang dilakukan tidak ada reject sama sekali. Apalagi pasar Eropa diketahui sangat ketat soal kandungan pestisida," sebutnya.
Komoditas kulit manis lawang yang tumbuh subur di hutan Tapsel sangat bernilai ekonomis, apalagi masuk kategori zero pesticides. Makanya dilirik pasar eropa, kata dia.
Di katakan, kulit manis lawang ini adalah komoditas hutan yang dikategorikan hasil hutan bukan kayu (HHBK) sesuai Permenhut Nomor 35 Tahun 2007.
Baca Juga:Pemuda di Tapsel Pamer Alat Vital ke Bocah Perempuan, Paksa Korban Temani Kencing
"Pun bukan HHBK, kita tetap mendorong pelestarian hutan dengan harapan kesinambungan komoditas hutan serta terjaganya ekosistem," tegasnya.
Amatan dia selama menjalankan bisnis ini sejak beberapa tahun belakangan, bilamana pohon kulit manis ini tidak dipanen dengan sendirinya akan mati, dan berganti tunas yang baru lebih banyak lagi bilamana di panen.
Hanya saja, mengingat kuatnya dorongan mitra ekspor, dia bertekad menggali potensi kayu manis lawang itu sekuat tenaga sekaligus menambah mendorong kegairahan ekonomi warga.
Ke depan dia berupaya tidak lagi menjual bahan baku berbentuk kulit manis lawang saja akan tetapi produksinya sudah dalam bentuk minyak atsiri atau paling tidak powder (bentuk tepung).
"Saya yakin betul melalui upaya modernisasi kulit manis lawang Sipirok ke depan akan ada value atau nilai tambah dan pasar yang lebih luas sehingga komoditas unggulan Tapsel bertambah dari yang sudah unggul lebih dulu seperti kopi arabika Sipirok, dan lainnya," tutupnya. (Antara)