SuaraSumut.id - Universitas Prima Indonesia (Unpri) Medan membuat kebijakan kontroversial dengan memberlakukan tarif parkir bagi mahasiswa yang parkir kendaraan dalam areal kampus di Jalan Sampul Medan.
Pihak kampus Unpri Medan mematok tarif parkir dengan menawarkan mahasiswa untuk membeli kartu parkir seharga Rp 50 ribu dan mengisi saldo parkir minimal Rp 100 ribu/bulan agar dapat parkir aman dan nyaman di dalam kampus.
Untuk kendaraan roda dua, parkir satu jam pertama dikenakan tarif Rp 3 ribu, jam kedua Rp 1 ribu, parkir enam jam Rp 8 ribu dan maximum overnight Rp 16 ribu.
Kebijakan ini sontak membuat mahasiswa jadi tak tenang. Mirisnya, suara resah mahasiswa Unpri Medan yang menolak dan protes atas kebijakan pungutan parkir yang dirasa memberatkan ini malah dibalas dengan intimidasi dan juga ancaman pemecatan dari pihak kampus.
Salah seorang mahasiswi Unpri Medan, Ria ketika dijumpai SuaraSumut.id, mengatakan informasi adanya kebijakan parkir ini diterimanya dari grup whatsapp (WA) kampus, pada Jumat (9/6/2023) lalu.
Mendapatkan informasi yang dianggapnya konyol ini, Ria lalu mengkrosceknya dengan menanyakan kepada admin fakultas, hingga staf parkir kampus Unpri Medan.
"Apakah betul akan diperlakukan seperti ini, karena melihat dariketentuan-ketentuannya sangat-sangat konyol untuk dilakukan. Jadi saya tanya ke staf parkir lalu mengatakan nanti petinggi kampus akan mensosialisasikannya dulu," jelasnya, Jumat (16/6/2023).
Ria mengatakan, Jumat 9 Juni 2023 malam, dirinya mendapatkan informasi lebih rinci terkait kabar akan diberlakukannya tarif parkir bagi mahasiswa lewat undangan video conference zoom. Kebijakan ini berlaku, Senin (12/6/2023).
"Ternyata sekretaris prodi selaku pembawa informasi tersebut mengatakan ini sudah diberlakukan dan sosialisasi ini bertujuan menginformasikan mahasiswa saja," katanya.
Baca Juga:Update Kasus Pengusiran Wartawan, 9 Saksi Diperiksa Polda Sumbar
Saat itu, Ria sempat menanyakan kepada sekretaris prodi mengapa mahasiswa harus membayar parkir yang seyogyanya disediakan oleh pihak kampus sebagai fasilitas kepada mahasiswa.
"Mengapa ketentuan (bayar parkir) dibuat seperti itu yang mana Rp 50 ribu itu (biaya) buat kartu, Rp 100 ribu untuk pembelian saldo artinya pengeluaran pertama yang harus kita keluarkan sebesar Rp 150 ribu, dan Rp 100 ribu saldonya itu tidak bisa dipakai buat bulan berikutnya, artinya wajib tiap bulan kita mengeluarkan Rp 100 ribu," jelasnya.
Ria juga menanyakan bagaimana mahasiswa yang tidak mengurus kartu parkir malah dihitung sebagai pengunjung umum.
"Pemberi informasinya bilang silahkan tanya ke pemilik gedung dan semua aspirasi mahasiswa saat zoom itu tidak dijawab," ujarnya.
Bertolak dari pengumuman itu, Ria lalu mengajak kawan-kawan mahasiswa lain yang satu aspirasi dengannya. Ia lalu menggelar diskusi yang dihadiri puluhan mahasiswa Unpri Medan.
Diskusi itu menghasilkan beberapa kesimpulan diantaranya pembuatan petisi, menyurati DPRD Medan dan juga rencana aksi unjuk rasa, berharap pihak Unpri Medan mau mengakomodir aspirasi menolak kebijakan bayar parkir.
Belum Demo Mahasiswa Diancam
Baru hanya sebatas diskusi, Ria malah mendapatkan ancaman. Tak tanggung-tanggung, petinggi yayasan langsung menelponnya.
"Tidak lama dari saya ditelpon langsung Ketua Yayasan Universitas Prima Indonesia, Profesor Doktor Nyoman. Kurang lebih dalam telfonnya saya dituduh provokator sudah mengganggu ketertiban Unpri," jelasnya.
Ria lalu menjelaskan kalau dia bukan provokator dan tidak ada melakukan tindakan kriminal maupun pengerusakan fasilitas kampus.
"Saya hanya berdiskusi, dia tidak mempedulikan itu, dia bilang kalau kamu tetap melakukan aksi itu. Besok temui saya ambil surat pindahmu. Setahu saya mahasiswa yang diancam D.O itu mahasiswa yang berbuat kriminal, saya gak berbuat apa-apa, saya pure diskusi," ungkapnya.
Meski begitu, Ria mengaku tidak gentar dengan ancaman itu. Ia mengaku tidak melakukan perbuatan salah dan melawan hukum.
"Saya tidak gentar dengan itu karena saya tidak salah," pungkas wanita ini tegar.
Mahasiswa Kecewa
Kamis (15/6/2023) siang dengan cuaca terik panas dengan suhu mencapai 35 derajat celcius di Medan, tidak menyurutkan mahasiswa Unpri yang resah untuk menyampaikan aspirasinya.
"Hapus, hapus, hapuskan parkir. Hapuskan parkir sekarang juga," teriak lantang mahasiswa di depan gedung kampus Unpri yang megah dan elegan di Jalan Sampul Medan.
Dalam tuntutannya, mereka kekeuh mendesak pihak kampus Unpri untuk meniadakan tarif parkir bagi mahasiswanya dan berharap pihak kampus menerima aspirasi mereka.
"Senin 12 Juni kemarin sudah disahkan, alasan mereka segala sesuatu perlu operasional," kata salah seorang mahasiswa.
Namun, usai menyampaikan aspirasi perasaan mahasiswa malah semakin suram. Pasalnya, kabar pemecatan mahasiswa yang ikut demo semakin santer terdengar.
"Dari pribadi saya sendiri saya langsung dipanggil ke ruangan dekan, langsung pihak humas mengumumkan bahwa mereka sudah selesai rapat, dan nama saya yang akan dikeluarkan, tinggal menunggu surat (pemecatan)," ujar Nebur Fine mahasiswi Unpri Medan dengan mata sembap usai menangis.
"Keterangan mereka ada empat orang (yang akan dipecat) tapi tidak memberitahu siapa yang dipecat. Yang paling menonjol saya karena saya paling keras menolak itu," sambungnya.
Nebur Fine mengaku bila benar terjadi pemecatan ini, sangat berdampak terhadap psikologis mahasiswa yang sudah sekian lama berjuang menempuh pendidikan.
"Sedih, kecewa dengan universitas karena mereka gak mampu menerima aspirasi kami Jadi ibarat nya kami disuruh diam aja," ucapnya.
Nebur Fine berharap pihak kampus Unpri Medan dapat bijak dalam menyelesaikan persoalan ini. Ia sendiri masih berharap dapat menyelesaikan kuliahnya.
xUntuk menyelesaikan pendidikan yang sebentar lagi saya rasa saya masih mau, harapan saya gak dipecat. Sisa waktu saya tinggal satu tahun lagi dan belum tentu orangtua saya sanggup untuk menguliahkan saya dari awal," tukasnya.
Raut kecemasan juga dirasakan mahasiswa lainnya Rizky yang mendapat telepon dari pihak kampus hanya karena menshare video ke akun media sosial lain.
"Saya dapat telpon dari pihak kampus. Saya dipanggil ke kantor dekan untuk tidak melakukan aksi lagi kalau tidak terancam dipecat," ujarnya gemetar.
Rizky menekankan pentingnya bersuara atas kebijakan parkir yang dikeluarkan oleh pihak Unpri Medan.
"Saya gak terima masalah retribusi parkir dalam kampus, itu memberatkan, jujur saya bukan orang kaya, kalau orang kaya gak masalah sama saya," ungkapnya.
LLDIKTI Harus Turun Tangan
Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Medan, Andreas Silalahi mengecam keras tindakan Unpri Medan yang mengancam mahasiswa yang berdemo.
"Kami mengecam tindakan Yayasan atau Rektorat Unpri yang berlaku semena-mena terhadap para mahasiswanya. Kita kan tahu bahwasanya kebebasan berserikat berkumpul itu dilindungi undang-undang, kenapa ketika mahasiswa mengkritisi kebijakan kampusnya malah diancam untuk di drop out, dicabut beasiswanya," ucapnya.
Adanya ancaman ini, kata Andreas menjadi preseden buruk bagi institusi pendidikan. Ia mengatakan para mahasiswa ini bukan kerbau, bukan peliharaan bukan ternak yang harus digiring sesuai dengan keinginan si penggembalanya
"Mahasiswa ini di-didik, ditempa supaya memiliki landasan pemikiran sehingga ke depannya mereka berhasil menjalankan Tri Dharma perguruan tinggi tersebut," tuturnya.
Oleh sebab itu, GMNI Medan meminta Kementrian Pendidikan dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah I Sumatera Utara (Sumut) untuk memberikan atensinya terhadap permasalahan di sini.
"Ini harus menjadi evaluasi LLDIKTI wilayah I khususnya Kemendikbudristek di bawah kepemimpinan Menteri Nadiem Makarim," harapnya.
Sementara, pihak Unpri Medan belum mau memberikan penjelasan mengenai kisruh kebijakan parkir bagi mahasiswa dan ancaman pemecatan bagi mahasiswa yang protes.
Humas Unpri Medan Devi Marlin mengatakan nanti akan menghubungi awak media untuk memberikan penjelasan mengenai hal tersebut.
"Kalau sekarang gak mau komentar," ujarnya ketika dikonfirmasi SuaraSumut.id, Kamis (15/6/2023) malam.
Namun, ketika dikonfirmasi ulang lewat selular, pada Jumat (16/6/2023) sore, Devi belum juga memberikan tanggapan. Pesan singkat yang dilayangkan tidak berbalas.
Kontributor : M. Aribowo