SuaraSumut.id - Menurut data Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris, jumlah pasien anak yang dirawat di rumah sakit akibat penggunaan rokok elektrik dan vape melonjak hingga 733 persen sejak tahun 2020.
Hal ini menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan, terutama pada populasi di bawah 20 tahun, termasuk balita.
Data dari The New York Post, jumlah pasien rawat inap yang mengalami gangguan akibat vape, termasuk anak-anak dan orang dewasa, juga mengalami peningkatan sebesar 276 persen sejak 2020.
Pada tahun 2023, tercatat 50 pasien anak dirawat di rumah sakit, 11 di antaranya berusia di bawah empat tahun. Dalam laporan tidak ditemukan anak prasekolah yang dirawat di rumah sakit. Hanya enam remaja yang membutuhkan bantuan medis.
Mengingat tidak ada kasus rawat inap anak prasekolah akibat vape pada tahun 2020, dan hanya enam remaja yang membutuhkan bantuan medis, angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Meskipun anak-anak yang mengalami gangguan akibat vape hanya mewakili 6 persen dari total pasien selama periode tersebut, data statistik menunjukkan bahwa sekitar 14 persen dari 365 pasien rawat inap adalah mereka yang berusia di bawah 19 tahun.
Data statistik menunjukkan pada 2020 sebanyak 19 dari 97 pasien rawat inap adalah anak-anak dan pada 2021 ada 19 anak dari 300 pasien rawat inap.
Pada tahun 2022 terjadi peningkatan menjadi 457 pasien, termasuk lima anak dan pada 2023 tercatat 50 anak dirawat di rumah sakit dari 365 pasien.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa pasien perempuan akibat vape kini lebih banyak dirawat di rumah sakit, naik 57 persen dibanding pada 2023 dan 46 persen pada 2020. [Antara]