Cara Membeli Akhirat dengan Dunia, Jangan Sia-siakan Waktu!

Kehidupan dunia hanyalah sementara dan menjadi jalan menuju kehidupan akhirat yang kekal.

Riki Chandra
Rabu, 01 Oktober 2025 | 16:10 WIB
Cara Membeli Akhirat dengan Dunia, Jangan Sia-siakan Waktu!
Ilustrasi shalat. [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  •  Dunia hanyalah sarana, bukan tujuan, untuk meraih akhirat.

  • Empat mata uang: usia, harta, ilmu, tenaga bekal surga.

  • Gunakan dunia sebagai ibadah agar tak rugi akhirat.

SuaraSumut.id - Membeli akhirat dengan dunia menjadi tema ceramah yang disampaikan Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Feri Septianto, di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Dalam tausiyahnya, Feri mengingatkan jamaah bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara dan menjadi jalan menuju kehidupan akhirat yang kekal.

Menurut Feri, manusia menjalani fase kehidupan mulai dari dunia, kemudian melewati alam barzakh setelah kematian, hingga sampai pada akhirat. Dunia, kata dia, bukan tujuan akhir, melainkan sarana menuju ridha Allah.

“Dunia ini hanya sementara, hina, dan rendah, berasal dari kata dani yang berarti hina. Namun, dunia bisa menjadi mulia jika digunakan untuk taat kepada Allah," katanya, dikutip dari laman resmi Muhammadiyah.

Feri menegaskan dunia adalah darul bala atau tempat ujian, penuh kesedihan dan musibah, namun bisa menjadi jembatan menuju surga. Dengan mengibaratkan seperti transaksi, ia menyebut ada empat “mata uang” yang dapat digunakan untuk membeli akhirat dengan dunia: usia, harta, ilmu, dan tenaga.

Pertama, usia yang singkat harus dimanfaatkan untuk beribadah. “Usia kita terbatas, tidak seperti Nabi Nuh yang berdakwah 950 tahun. Dari 24 jam sehari, berapa banyak yang kita gunakan untuk ibadah?” ujarnya.

Ia mengingatkan sabda Nabi Muhammad SAW, Shalli shalata muwaddi’ (shalatlah seperti shalat perpisahan).

Kedua, harta yang halal dapat menjadi bekal akhirat jika digunakan untuk kebaikan. Feri mencontohkan Abu Bakar As-Siddiq yang mengorbankan seluruh hartanya untuk dakwah, serta Utsman bin Affan yang membeli sumur milik seorang Yahudi demi kebutuhan umat Islam.

“Harta yang kita keluarkan untuk sedekah, membangun masjid, pesantren, atau sumur, itulah harta kita yang sesungguhnya di akhirat,” tegasnya.

Ketiga, ilmu bermanfaat menjadi amal jariyah. “Jangan minder dengan ilmu yang kita miliki, sekecil apa pun, ajarkan kepada orang lain,” pesannya.

Keempat, tenaga juga bisa menjadi amal. Ia mencontohkan perbuatan sederhana seperti menyingkirkan duri atau ranting dari jalan sebagai bagian dari iman. “Imatatul aza (menyingkirkan gangguan di jalan) adalah cabang iman terendah, tapi itu sedekah,” ungkapnya.

Feri mengingatkan jamaah agar tidak menjadikan dunia sebagai tujuan hidup, melainkan menjadikannya sarana ibadah.

“Jangan sampai kita rugi dua kali, dunia tak dapat, akhirat pun lepas. Gunakan usia, harta, ilmu, dan tenaga untuk membeli surga Allah yang luasnya seluas langit dan bumi,” tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini