SuaraSumut.id - Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengharapkan agar mantan napi teroris tidak lagi kembali seperti di masa lalu.
Hal itu dikatakan Edy saat berdialog bersama Kepala BNPT Boy Rafli Amar dan Forkopimda membahasa radikalisme, Selasa (1/12/2020).
"Kita berdoa yang pastinya anda tak boleh lagi kembali ke masa lalu. Jangankan berbuat, berpikir seperti itu pun tak boleh lagi, karena bangsa ini milik kita bersama," kata Edy.
Edy mengatakan, orang yang melakukan teror dan kekerasan adalah orang yang tidak bertanggung jawab.
"Radikalisme adalah sikap ekstrem dalam sebuah aliran. Dia suka memaksakan kehendak apa yang ada di dalam pikirannya. Namun jangan salah mengartikan dengan orang yang bersikap kritis langsung dikatakan radikal. Selama masih di dalam bingkai NKRI yang berasaskan Pancasila sah-sah saja," ujar Edy.
Edy menyampaikan, tugas anak bangsa saat ini adalah mengisi kemerdekaan. Dengan cara berkontribusi membesarkan dan membangun daerah.
Sehingga cita-cita para pendahulu yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dapat terwujud.
Kepala BNPT Boy Rafli Amar meminta para pemegang kebijakan senantiasa memberi edukasi kepada segenap pengguna media sosial di daerahnya.
Karena menurut Boy Rafli, salah satu sumber penyebab menyebarnya paham radikalisme intoleran adalah media sosial.
Baca Juga: Fokus Menangkan Jagoan Golkar di Pilkada, Wagubsu Ijeck Kembali Ambil Cuti
"Di media sosial banyak sekali informasi yang mengarah atau bersifat hoaks dan ujaran kebencian. Agar terbangun sifat peradaban yang lebih baik di dunia maya, kami mohon kepada pemegang kebijakan membantu edukasi kepada pengguna media sosial," ungkapnya.
Boy Rafli menyontohkan, untuk kasus ISIS, banyak orang bergabung dengan organisasi teroris global tersebut lantaran menerima propaganda di media sosial.
Menurut Boy Rafli, organisasi tersebut menguasai jaringan komunikasi di seluruh dunia. Meski tidak pernah saling bertatap muka, ISIS telah mengajak sekitar 35.000 warga untuk bergabung. Kurang lebih 1.200 orang berasal dari Indonesia.
"Jaringan teroris tidak hanya menyebarluaskan propaganda secara tatap muka tapi dengan media sosial,” ungkap Boy.
Salah satu mantan narapidana teroris asal Sumut Toni Togar sudah menjalani hukuman selama 12,5 tahun.
Setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan, Toni mencoba membuka sebuah usaha yang bergerak di bidang produksi sabun cair. Hal tesebut dilakukannya agar dapat mandiri serta bisa kembali membaur dengan masyarakat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
Terkini
-
Tentara Bubarkan Aksi Massa Bawa Bendera GAM di Lhokseumawe, Ini Kata Kapuspen TNI
-
Dukung Pemulihan Ekonomi, Bank Mandiri Ringankan Kredit Nasabah Korban Bencana Sumatera
-
Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor Sumut Diperpanjang untuk Kedua Kalinya
-
Wajib Tahu! Ini 10 Makanan Alami Penurun Darah Tinggi
-
Jangan Abaikan Ban Motor, Ini Alasan Wajib Ganti Ban Sebelum Liburan Jauh