Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 02 Desember 2020 | 07:30 WIB
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi bersama Kepala BNPT Boy Rafli Amar. [Foto: Istimewa]

SuaraSumut.id - Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengharapkan agar mantan napi teroris tidak lagi kembali seperti di masa lalu.

Hal itu dikatakan Edy saat berdialog bersama Kepala BNPT Boy Rafli Amar dan Forkopimda membahasa radikalisme, Selasa (1/12/2020).

"Kita berdoa yang pastinya anda tak boleh lagi kembali ke masa lalu. Jangankan berbuat, berpikir seperti itu pun tak boleh lagi, karena bangsa ini milik kita bersama," kata Edy.

Edy mengatakan, orang yang melakukan teror dan kekerasan adalah orang yang tidak bertanggung jawab.

Baca Juga: Fokus Menangkan Jagoan Golkar di Pilkada, Wagubsu Ijeck Kembali Ambil Cuti

"Radikalisme adalah sikap ekstrem dalam sebuah aliran. Dia suka memaksakan kehendak apa yang ada di dalam pikirannya. Namun jangan salah mengartikan dengan orang yang bersikap kritis langsung dikatakan radikal. Selama masih di dalam bingkai NKRI yang berasaskan Pancasila sah-sah saja," ujar Edy.

Edy menyampaikan, tugas anak bangsa saat ini adalah mengisi kemerdekaan. Dengan cara berkontribusi membesarkan dan membangun daerah.

Sehingga cita-cita para pendahulu yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dapat terwujud.

Kepala BNPT Boy Rafli Amar meminta para pemegang kebijakan senantiasa memberi edukasi kepada segenap pengguna media sosial di daerahnya.

Karena menurut Boy Rafli, salah satu sumber penyebab menyebarnya paham radikalisme intoleran adalah media sosial.

Baca Juga: Edy Rahmayadi Ajak Optimalkan Industri Sawit dengan Prinsip Berkelanjutan

"Di media sosial banyak sekali informasi yang mengarah atau bersifat hoaks dan ujaran kebencian. Agar terbangun sifat peradaban yang lebih baik di dunia maya, kami mohon kepada pemegang kebijakan membantu edukasi kepada pengguna media sosial," ungkapnya.

Boy Rafli menyontohkan, untuk kasus ISIS, banyak orang bergabung dengan organisasi teroris global tersebut lantaran menerima propaganda di media sosial.

Menurut Boy Rafli, organisasi tersebut menguasai jaringan komunikasi di seluruh dunia. Meski tidak pernah saling bertatap muka, ISIS telah mengajak sekitar 35.000 warga untuk bergabung. Kurang lebih 1.200 orang berasal dari Indonesia.

"Jaringan teroris tidak hanya menyebarluaskan propaganda secara tatap muka tapi dengan media sosial,” ungkap Boy.

Salah satu mantan narapidana teroris asal Sumut Toni Togar sudah menjalani hukuman selama 12,5 tahun.

Setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan, Toni mencoba membuka sebuah usaha yang bergerak di bidang produksi sabun cair. Hal tesebut dilakukannya agar dapat mandiri serta bisa kembali membaur dengan masyarakat.

Meski begitu, Toni mengharapkan pemerintah daerah agar memberi perhatiannya kepada para mantan narapidana sepertinya.

"Yang sulit setelah keluar dari lapas, kita sulit membangun ekonomi dan kehidupan. Saya harapkan Pemda bersinergi dengan kami," pungkasnya

Load More