Chandra Iswinarno
Senin, 30 Agustus 2021 | 07:00 WIB
Masjid Raya Medan. (Shutterstock)

SuaraSumut.id - Mendengar nama Masjid Raya Kota Medan, tentunya tidak akan bisa dilepaskan dari Masjid Raya Al-Mashun. Tempat peribadatan bagi Kaum Muslim di Kota Medan tersebut, telah menjadi ikon yang kini tidak bisa terpisahkan dengan ibu kota Provinsi Sumatera Utara (Sumut).

Masjid Al-Mashun sendiri merupakan masjid tertua yang terletak di Jalan Sisingamangaraja Nomor 61, Kota Medan.

Bangunan masjid tersebut dimulai pembangunannya pada Tahun 1906 dan selesai 1909. Pada awal pendirian, masjid ini menyatu dengan kompleks Istana Kesultanan Deli.

Gaya arsitektur masjid ini juga cukup unik, karena memadukan antara khas Timur Tengah, India dan Spanyol. Bangunan masjid tersebut berbentuk segi delapan dan memiliki sayap pada bagian selatan, timur, utara dan barat.

Namun, siapa sangka Masjid Raya Medan ini merupakan saksi sejarah Kaum Melayu Deli yang merupakan penguasa dari Kesultanan Deli.

Adalah Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam, yang memimpin Kesultanan Deli, memulai pemabangunan masjid tersebut pada 21 Agustus 1906. 

Sultan Ma'mun sengaja membangun masjid kerajaan dengan megah, karena menurut prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan istananya sendiri, Istana Maimun.

Pun anggaran yang dikeluarkan tidak sedikit, kala itu anggaran yang dihabiskan mencapai 1 juta Gulden. Dari total biaya pembangunan masjid itu disebut-sebut ditanggung Sultan Ma'mun. Namun, konon Tjong A Fie, tokoh kota Medan dari etnis Tionghoa pada masa itu turut berkontribusi mendanainya.

Dirancang Arsitek Belanda

Baca Juga: Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari jadi Sentra Vaksin Lintas Agama di Jakbar

Awalnya, masjid dirancang oleh arsitek Belanda Van Erp yang juga merancang Istana Maimun, tetapi prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman.

Bahan bangunannya pun banyak diimpor dari luar negeri, seperti marmer, kaca patri dan lampu gantung. Denah bangunan berbentuk pesegi panjang tersebut menghasilkan ruang bagian dalam yang unik, tidak seperti masjid pada umunya. 

Selain itu, empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid.

Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.

Bangunan masjid yang terdiri dari dua bangunan ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk, dan menara. Ruang utama, tempat salat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi.

Jendela-jendela yang mengelilingi pintu terbuat dari kayu dengan kaca patri. Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang penuh dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan, di depan masing-masing beranda terdapat tangga.

Load More