Suhardiman
Minggu, 01 Juni 2025 | 13:44 WIB
Kiriman paket bangkai burung yang diterima aktivis lingkungan di Sumut. [Dok Istimewa]

"Jadi, kami menduga ini upaya pembungkaman dari mereka, upaya untuk menakut-nakuti supaya kami tidak bersuara,” ungkapnya.

"Ini teror sekaligus ancaman secara simbolik, bagi orang Batak itu kan burung melambangkan kebebasan, dia bisa terbang ke mana pun, jadi ini seperti pesan 'kebebasanmu akan saya rampas," katanya.

TPL dan Isu Kerusakan Lingkungan

PT Toba Pulp Lestari (TPL) menjadi sorotan terkait isu kerusakan lingkungan di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara.

Beberapa pihak, termasuk Gereja HKBP dan organisasi lingkungan seperti Walhi, menuntut penutupan pabrik TPL karena dianggap memicu krisis ekologis dan sosial.

Seperti deforestasi besar-besaran, pencemaran air dan udara, serta bencana alam seperti banjir bandang dan tanah longsor yang berulang di sekitar kawasan operasionalnya.

Warga setempat juga melaporkan pencemaran lingkungan yang menyebabkan gangguan kesehatan seperti gatal-gatal dan kerusakan lahan pertanian akibat limbah pabrik TPL yang telah beroperasi selama lebih dari 30 tahun tanpa izin dari masyarakat adat.

Selain itu, investigasi menemukan bahwa TPL diduga melakukan deforestasi hingga puluhan ribu hektare, termasuk kawasan hutan lindung yang seharusnya berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan pengendali bencana ekologis.

Kontroversi ini menimbulkan ketegangan antara perusahaan, masyarakat adat, dan aktivis lingkungan yang menuntut agar pemerintah mengambil tindakan tegas, termasuk pencabutan izin dan penutupan PT TPL demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di kawasan Danau Toba.

Kontributor : M. Aribowo

Load More