SuaraSumut.id - Bank Indonesia mencatat transaksi uang elektronik di Aceh hingga Maret 2021 mencapai Rp154 miliar. Jumlah itu tumbuh sekitar 250 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"Peningkatan ini sejalan dengan dengan intensitas belanja dari masyarakat melalui platform e-commerce di masa pandemi Covid-19," kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, T Amir Hamzah, dilansir dari Antara, Rabu (23/6/2021).
Ia mengaku, dari sisi volume juga terjadi pertumbuhan positif yakni pada angka 1.184 rb atau tumbuh sekitar 117 persen (yoy). Infrastruktur pendukung dari perbankan dan PJSP sudah bagus termasuk layanan cash management system (CMS) & QRIS bagi Pemda dan masyarakat.
Selain itu, jaringan internet yang cukup memadai, meski masih perlu peningkatan di sisi kualitas dan jangkauan aksesnya.
Baca Juga:Zona Merah-Oranye Dilarang Salat Idul Adha, MUI Minta Masjid Koordinasi ke Satgas Covid
"BI secara konsisten dan terencana telah melakukan berbagai program antara lain mendorong pembentukan tim percepatan & perluasan digitalisasi daerah (TP2DD)," katanya.
Tim tersebut bertujuan untuk mempercepat elektronifikasi transaksi pemerintah daerah. Saat ini sudah terbentuk empat tim percepatan & perluasan digitalisasi daerah di kabupaten/kota di Aceh.
"BI juga mendorong dan memfasilitasi elektronifikasi penyaluran bantuan sosial (Bansos) non tunai kepada masyarakat,” dan kita juga terus mendorong elektronifikasi di sektor transportasi, pariwisata dan UMKM," ujarnya.
Dalam mengoptimalkan uang elektronik tersebut, Bank Indonesia juga terus melakukan pengembangan dan sosialisasi/edukasi penggunaan QRIS kepada masyarakat.
Baca Juga:Unik, Ini Cara Orang Zaman Mesir Kuno Cek Jenis Kelamin Janin