SuaraSumut.id - Sebanyak 1.819 dosis vaksin Sinovac di Kabupaten Aceh Tenggara tidak terpakai. Hal ini dikarenakan rendahnya minat masyarakat mengikuti vaksinasi Covid-19.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Aceh Tenggara Sukri Manto mengatakan, ribuan vaksin bukan dibuang, melainkan tidak terpakai.
"Tidak betul seribuan vaksin di Aceh Tenggara itu dibuang. Tetapi ada memang 1.819 dosis vaksin tidak terpakai. Artinya bukan terbuang, tetapi tidak terpakai pada saat proses vaksinasi," katanya, melansir Antara, Kamis (15/9/2021).
Ia mengaku, pada awal pelaksanaan vaksinasi di Aceh Tenggara, masyarakat masih kurang antusias untuk melakukan penyuntikan.
Baca Juga:Warga Positif Berkeliaran, DPR: Jangan Sampai Peduli Lindungi Sekadar Syarat Masuk Mal
Sehingga satu vial vaksin yang berisi 10 dosis bagi 10 orang kadang-kadang hanya terpakai untuk enam orang.
"Jadi empat dosis sisanya itu tidak terpakai. Karena masa daya tahan vaksin Sinovac setelah dibuka satu vial itu hanya berkisar enam jam," katanya.
Selain itu, banyak juga masyarakat yang menyambangi sentral-sentral vaksinasi, namun belum tentu bisa melakukan penyuntikan vaksin karena berbagai macam kendala seperti demam tinggi, hipertensi dan lainnya.
"Jadi, memang ada sisa-sisa vaksin itu yang setelah disuntikkan dalam vial itu, ada dosis yang otomatis tidak bisa dipakai," katanya.
Saat ini cakupan vaksinasi di Aceh Tenggara telah mencapai 32.484 orang atau 19,30 persen dari target vaksinasi Covid-19 sebanyak 16.728 jiwa penduduk kabupaten setempat.
Baca Juga:Positivity Rate di Bawah 5 Persen, Satgas Covid-19 Optimis Pandemi Bisa Lebih Terkendali
Realisasi itu berkat kerja sama yang baik dari seluruh pihak, terutama TNI-Polri yang berperan aktif dalam menjemput bola sehingga antusiasme masyarakat untuk vaksinasi Covid-19 terus meningkat.
"Sehingga vaksin jarang terbuang lagi. Apalagi sekarang vaksin Sinovac itu sudah ada kemasan baru yaitu satu vial dua dosis, sehingga vaksin yang tidak terpakai itu sangat minim sekali," katanya.
"Jadi memang di awal-awal dulu ada vaksin yang tidak terpakai. Itu kumulatif dari saat pertama pelaksanaan vaksin sampai saat ini. Jadi ini kita konfirmasi sehingga tidak ada kesalahpahaman seolah-olah kita membuang vaksin," tukasnya.