Media sebagai konten kreator atau konten provider, kata Suwarjono, ancamannya adalah media jadi tergantung dengan platform tersebut. Ada juga media berbasis berlangganan. Hal ini menurut Suwarjono cukup berat. Ada juga bisnis media sebagai display.
"Membuat media sebagai tempat display sebagai outlet sementara bisnisnya di tempat lain. Saya kebayang 2024 ,media sebagai outlet dipakai calon-calon,” ujarnya.
Keempat, media dikelola berbasis donor yang memiliki konten niche.
"Kelima adalah menggabungkan banyak model. Dia menggunakan ekosistem digital baik untuk distribusi bagi digital, agensi, PH. Lima model ini mnearik tapi butuh model baru lagi supaya tidak stagnan," jelasnya.
Baca Juga:Tak Mau Tergesa-gesa Deklarasikan Koalisi, PKS Ingin Fokus PR Tim Kecil Bareng Demokrat Dan NasDem
Bicara soal desentralisasi media, menurut Suwarjono, keberlangsungannya yang jadi bahasan penting.
"10 tahun lalu model online yang dibuat berbasis artikel, 10 tahun terakhir sudah banyak gambar, belakangan video di Youtube. Dua tahun terakhir terjadi disrupsi lagi, itu adalah di platform video pendek dan vertical video. Ini membuat semua pengelola media mengubah template dari media panjang ke short video dan mengubah ke vertical video," ujarnya.
Oleh karena itu, semua tantangan yang dihadapi media lokal ini akan dibahas tuntas di acara LMS 2022.
Diketahui, Suara.com bekerja sama dengan International Media Support (IMS) menggelar pertemuan dengan media lokal se-Indonesia bertajuk Local Media Summit (LMS) 2022.
Acara yang dihadiri kurang lebih 300 media lokal dari Aceh sampai Papua ini, berlangsung pada 27 hingga 28 Oktober 2022 di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta.
Baca Juga:Terinfeksi Gangguan Ginjal Akut Misterius, 16 Pasien di Jawa Barat Meninggal Dunia