SuaraSumut.id - Ibu kota negara menjadi magnet bagi setiap orang yang ingin mengadu nasib, dengan berbagai kepentingannya. Hal tersebut berimplikasi terhadap bertambahnya laju kepadatan penduduk yang kemudian berdampak pada kondisi tata ruang wilayah DKI Jakarta, termasuk wilayah buffer seperti Bekasi dan sekitarnya.
Bekasi merupakan daerah penyangga Ibu Kota yang juga merupakan Kawasan industri terbesar se-Asia Tenggara. Padatnya industri yang dibangun menyebabkan semakin sempitnya lahan hijau untuk pertanian, sementara kebutuhan akan pangan harus terus dipenuhi karena terkait dengan kelangsungan hidup manusia, terutama masalah pemenuhan pangan pokok seperti beras yang di komsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia (Fathonah & Prasodjo, 2011).
Ketika kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi, krisis pangan dapat terjadi serta dapat menjadi krisis pangan global yang disebabkan oleh 3C yaitu Climate Change, Covid-19, dan Conflict. Mengantisipasi ancaman krisis pangan global yang telah terjadi di beberapa negara seperti Sri Lanka, Presiden Jokowi telah berulang kali menginstruksikan seluruh institusi negara untuk melakukan upaya-upaya menjaga ketahanan pangan nasional, hingga akhirnya pada tanggal 24 Oktober 2022 dikeluarkan (Perpres) Nomor 125 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah.
Sebagai tindak lanjut dari perintah Presiden, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) memerintahkan seluruh satuan jajaran TNI AD untuk mendukung program pemerintah menjaga ketahanan pangan nasional dengan memanfaatkan lahan-lahan TNI AD di seluruh wilayah untuk dijadikan lahan pertanian produktif yang dapat membantu ketahanan pangan di wilayah masing-masing.
Baca Juga:Enggan Komunikasi dengan Demokrat, Andi Arief Sebut PDIP Kubu Hasto Aliran Sombong
Di balik sulitnya lahan hijau untuk pertanian, Kodam Jaya/Jayakarta hadir dengan upayanya yang maksimal untuk mengelola lahan tidak produktif/lahan pinggiran Ibu Kota Negara yaitu di Desa Wanajaya, Kecamatan Cibitung, Bekasi menjadi lahan pertanian cerdas terpadu (Smart Integrated Farming) dengan luas 42.9 Ha di bawah kendali Korem 051/WKT dalam rangka mendukung Ketahanan Pangan Nasional.
Lahan yang semula tidak produktif ditata ulang dan dan diolah menjadi sebuah lahan yang menggabungkan pertanian padi, perkebunan buah, perikanan, UMKM, sarana rekereasi dan edukasi bagi pelajar dan generasi muda. Smart Integrited Farming adalah strategi cerdas dalam mencegah kemiskinan di pinggir perkotaan besar dengan membangun keamanan pangan dan mencegah hilangnya keanekaragaman hayati.
Kegiatan ini dilakukan bersama dengan membangun kerjasama dengan Dinas pertanian Kabupaten Bekasi, Prof Mohammad Arshaf dari Kemhan, Komunitas Pemuda Anggur Bekasi. Dari beberapa laporan kegiatan tersebut, penulis memandang Smart Integrited Farming menjadi solusi menjaga ketersediaan pangan dan tempat belajar di pinggiran perkotaan, sehingga pasokan bahan makan tidak menjadi hambatan apabila terdampak bencana di wilayah perkotaan.
Kegiatan Smart Integrited Farming pada lahan kurang produktif dan lahan kosong menggunakan metode eksperimen lapangan berupa penataan dan pemanfaatan lahan kosong di lahan pertanian Kodam Jaya di desa Wanajaya Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi dalam satu hamparan. Kegiatan pengelolaan dan penataan lahan pertanian terpadu tersebut melibatkan prajurit Korem 051/WKT dan sebagian petani yang menggarap lahan degan metode design thinking.
Design Thinking kental dengan sensibilitas desainer dan metode untuk mencocokkan kebutuhan masyarakat yang layak secara teknologi dan memiliki kelayakan nilai pelanggan dan peluang pasar dari aspek strategi bisnis (Brown, 2013: 2).
Terdapat tiga proses dalam design thinking, yakni Inspirasi, Ideasi, dan Implementasi yang ditindaklanjuti Korem 051/WKT dengan melaksanakan pendataan lahan dan petani yang menggarap serta akan mencarikan solusi dalam mengatasi persoalan yang terjadi dilapangan yang dialami oleh petani.