Meta Bantah Kebocoran Data 487 Juta Nomor Pengguna WhatsApp di Dunia

Juru bicara Meta membantah kabar laporan kebocoran 487 pengguna WhatsApp di seluruh dunia.

Riki Chandra
Selasa, 29 November 2022 | 12:15 WIB
Meta Bantah Kebocoran Data 487 Juta Nomor Pengguna WhatsApp di Dunia
Ilustrasi WhatsApp (Pexels/Anton)

SuaraSumut.id - Juru bicara Meta membantah kabar laporan kebocoran 487 pengguna WhatsApp di seluruh dunia. Mereka mengaku tidak menemukan adanya bukti pelanggaran data tersebut.

Laporan kebocoran data WhatsApp ini pertama kali disebarkan oleh Cybernews. Mereka menemukannya dari unggahan di forum Breached yang diunggah pada 16 November 2022.

Tertulis bahwa akun tersebut menjual database 2022 yang berisi nomor ponsel dari 487 pengguna WhatsApp, seperti dilansir dari South China Morning Post (SCMP), Senin (28/11/2022).

Juru bicara Meta menyebut kalau laporan itu spekulatif dan diambil dari screenshot yang tidak berdasar. Dia juga mengklaim kalau perusahaan tidak menemukan bukti kebocoran data pada sistem WhatsApp.

Baca Juga:Meta Bantah Kebocoran Data 487 Juta Nomor Pengguna WhatsApp

Ia juga menekankan bahwa perusahaan menanggapi tuduhan pelanggaran keamanan itu dengan sangat serius. WhatsApp pun diklaimnya sudah mengambil langkah cepat untuk menyelidiki klaim tersebut.

Disebutkan dia kalau beberapa nomor telepon di laporan berita mungkin terkait dengan akun WhatsApp. Tetapi tidak ada informasi soal pengguna lain.

"Kami tidak memiliki informasi tentang bagaimana seharusnya daftar nomor telepon dikumpulkan dan sejauh mana daftar itu berisi nomor telepon (pengguna WA) Hong Kong," kata juru bicara Meta.

Ia juga mengaku kalau ada banyak cara untuk mengumpulkan data nomor telepon online.

Sebelumnya diberitakan kalau ada 487 nomor HP pengguna WhatsApp yang bocor di forum Breached. Negara terbanyak yang jadi korban adalah Mesir dengan 45 juta pengguna.

Baca Juga:Meta Bantah Isu Mark Zuckerberg Mundur di Tengah Kabar PHK 11.000 Karyawan

Negara lainnya yakni Italia (35 juta), Amerika Serikat (32 juta), Prancis (20 juta), Turki (20 juta), Inggris (11 juta), dan Rusia (10 juta). Khusus Indonesia ada 130.331 data yang diekspos. (Suara.com)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini