Peringatan Hari Bumi: Menjaga Ekosistem Kunci Mengatasi Krisis Iklim

Di tingkat lokal, Panut menyoroti potensi Marancar sebagai wilayah dengan ekosistem unik yang harus dikelola secara bijak dan partisipatif.

Suhardiman
Kamis, 24 April 2025 | 23:08 WIB
Peringatan Hari Bumi: Menjaga Ekosistem Kunci Mengatasi Krisis Iklim
Peringatan Hari Bumi bertema "Climate Action Camp" di Dusun II Suka Mulia, Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Tapanuli Selatan. [dok Istimewa]

Dirinya menekankan pentingnya ekosistem dan biosfer sebagai penyedia layanan kehidupan manusia—air bersih, tanah subur, hingga hasil perikanan.

"Contohnya Costa Rica, yang dulu mengalami kerusakan ekosistem akibat eksploitasi besar-besaran, kemudian berbalik arah menjadi negara yang sukses mengelola ekosistem melalui ekowisata," ungkapnya.

Di tingkat lokal, Panut menyoroti potensi Marancar sebagai wilayah dengan ekosistem unik yang harus dikelola secara bijak dan partisipatif.

Di pertanian, terdapat istilah 'lagi track'. Misalnya kopi lagi track. Artinya itu produksi lagi kosong, sedikit atau sedang menurun.

Bisa jadi ini karena iklim atau ada perubahan dalam ekosistem, mungkin akibat hilangnya spesies penyerbuk.

"Maka dari itu, mempertahankan keberadaan satwa liar seperti orangutan juga penting dalam menjaga ekosistem," cetusnya.

Kritik terhadap Energi Fosil dan Seruan untuk Transisi

Merujuk pada komitmen global melalui Paris Agreement, Panut mengingatkan, target menahan suhu bumi di bawah 1,5 derajat celcius bisa gagal jika manusia tetap bergantung pada energi fosil. Ia menyoroti kontradiksi penggunaan mobil listrik yang masih mengandalkan listrik dari PLTU berbahan bakar batu bara.

"Transisi energi tidak hanya soal mengganti kendaraan, tapi juga soal sumber daya listriknya. Kalau masih dari batu bara, kita hanya memindahkan sumber emisinya," jelasnya.

Batang Toru: Titik Kritis Ekosistem

Panut juga menyoroti kawasan Batang Toru sebagai salah satu ekosistem bernilai tinggi di dunia yang menjadi habitat spesies langka seperti orangutan tapanuli, harimau Sumatera, beruang madu dan gibbon.

Namun, kawasan ini juga menghadapi tekanan dari industri pertambangan dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

"Pertanyaannya apakah mungkin spesies, masyarakat, dan industri bisa hidup berdampingan? Jawabannya mungkin. Tapi hanya jika ada perencanaan dan mitigasi yang serius,” katanya.

Manusia: Ancaman atau Solusi

Di akhir paparannya, Panut menegaskan bahwa manusia bisa menjadi ancaman terbesar, tetapi juga bisa menjadi solusi terbaik bagi bumi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini