Merasa curiga, saksi tersebut memanggil beberapa terapis yang bekerja di seputaran Jalan Haji Anif itu.
"Yang pertama melihat si Winda. Dia mau pulangkan kursi. Karena dilihatnya nggak bergerak, dipanggilnya kawan-kawan sesama terapis di sini," kata Maya salah seorang warga sekitar kepada SuaraSumut.id, Selasa 29 April 2025.
Sejumlah terapis lalu menuju ke lokasi dan menemukan korban dengan kondisi tak bergerak.
Salah satu dari mereka membalikkan tubuh Yana dan mendapati luka di bagian mulut dan hidung.
"Ketika di balik badannya, kelihatan ada seperti bekas ditumbuk di mulut sama hidung. Terus rambutnya juga banyak yang rontok seperti habis dijambak. Sebagian kepalanya botak bisa dibilang," ungkap Maya.
Sontak saja, penemuan terapis terkapar dalam kondisi tak bernyawa bikin warga sekitar yang kemudian mengerumuni lokasi kejadian.
Pihak kepolisian yang mendapat informasi itu kemudian turun ke lokasi untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Polisi juga telah memasang garis polisi di lokasi kejadian persis di depan lokasi usaha terapis yang mengindikasikan telah telah terjadi dugaan tindak pidana.
Terapis wanita memang sering menjadi sasaran kekerasan, terutama karena sifat pekerjaan mereka yang melibatkan interaksi dekat dengan klien, sering kali dalam situasi emosional atau rentan.
Terapis sering bekerja dalam sesi privat, yang dapat meningkatkan risiko jika klien memiliki perilaku agresif atau tidak terkendali.
Terapis wanita kadang dianggap "lebih lemah" atau "mudah diserang" karena stereotip gender, yang dapat memicu perilaku kekerasan dari klien tertentu.
Selain itu, banyak terapis tidak mendapatkan pelatihan memadai untuk menangani situasi berbahaya, seperti de-eskalasi konflik atau perlindungan diri.
Kekerasan di tempat kerja, termasuk terhadap profesi seperti terapis, sering terjadi di ranah publik seperti fasilitas umum, tetapi juga di lingkungan privat seperti ruang kerja pijat.
SIMFONI PPA (2023) mencatat 401.975 kasus kekerasan terhadap perempuan, dengan penurunan 12 persen dari 2022.
Namun angka ini tetap tinggi dan menunjukkan bahwa perempuan di berbagai profesi, termasuk terapis, masih rentan.
Langkah Pencegahan dan Penanganan
- Pelatihan Keselamatan: Terapis wanita perlu dilatih dalam manajemen risiko, seperti mengenali tanda-tanda perilaku agresif klien dan teknik de-eskalasi.