- Banjir Aceh Timur menyebabkan penemuan jenazah yang terangkat dari kuburan setelah air mulai surut di Idi Rayeuk.
- Tragedi terjadi di Kecamatan Madat saat evakuasi, mengakibatkan lima orang dalam satu mobil tewas terseret arus kuat.
- Bupati Iskandar Usman Al-Farlaky memperkirakan korban jiwa banjir mencapai lebih dari 30 orang, fokus evakuasi sulit.
SuaraSumut.id - Banjir yang melanda Aceh Timur, bukan hanya menyisakan kerusakan infrastruktur, tetapi juga membawa kisah-kisah tragis yang menguji batas kemanusiaan.
Saat genangan mulai surut, warga dihadapkan pada pemandangan tak terduga yang mencekam, mengungkap betapa kuatnya murka alam.
Di Kecamatan Idi Rayeuk, warga bernama Sapri menjadi saksi mata kengerian pasca-banjir. Ketika lumpur dan puing mulai dibersihkan pada Minggu 30 November 2025, sebuah penemuan mengejutkan terjadi di dalam salah satu rumah.
"Saya tidak menyangka melihat pemandangan seperti itu. Setelah banjir surut, pemilik rumah mulai membersihkan halaman. Ternyata ada mayat yang terseret masuk ke rumah," kata Sapri, melansir Antara, Senin 1 Desember 2025.
Pemilik rumah awalnya mengira tumpukan kain, sebelum akhirnya menyadari bahwa itu adalah jenazah yang terbungkus kain kafan.
Jenazah tersebut ternyata adalah ibu dari seorang warga yang telah meninggal setahun lalu, dengan kondisi tubuh yang dilaporkan masih utuh.
"Di daerah itu juga ditemukan mayat lagi mayat yang sudah dikubur terangkat dibawa arus banjir. Mayat yang sudah terbungkus kain kafan tersebut tersangkut di tiang," ujara Sapri.
Tragedi Maut di Tengah Evakuasi
Kisah pilu lainnya datang dari upaya penyelamatan yang berubah menjadi bencana di Kecamatan Madat. Sebuah keluarga yang terdiri dari lima orang meninggal dunia setelah mobil yang mereka tumpangi terseret arus kuat saat mencoba mencapai lokasi pengungsian.
"Arusnya sangat kuat dan datang tiba-tiba. Kami melihat mobil itu terguling beberapa kali sebelum hilang terbawa arus," ujar Herawati, saksi mata.
Selain itu, ada pula warga yang terjebak di atap rumah, menunggu pertolongan selama lebih dari 24 jam. Beberapa di antaranya ditemukan dalam kondisi selamat, namun tak sedikit pula yang tidak berhasil bertahan akibat kelelahan, hipotermia, atau terseret banjir saat menunggu bantuan.
Bupati Aceh Timur Iskandar Usman Al-Farlaky memperkirakan korban jiwa mencapai 30 orang lebih. Korban jiwa yang banyak meninggal dunia di Kecamatan Pante Bidari.
"Kemarin juga dua korban telah dievakuasi, serta di Peureulak Barat juga telah ditemukan yang sebelumnya hilang terseret arus saat menyelamatkan korban lainnya," kata Iskandar.
Kepala BPBD Aceh Timur Ashadi mengatakan bahwa medan sulit serta kondisi yang belum stabil membuat operasi penyelamatan menjadi sangat menantang.
"Jumlah korban sangat besar dan wilayah yang terdampak luas. Akses menuju daerah pedalaman lumpuh total. Kami memprioritaskan evakuasi korban selamat sambil terus mencari yang masih hilang," kata Ashadi.