- Tim SAR gabungan menemukan dua jenazah masih berkafan di area terdampak banjir bandang Sungai Garoga pada 9 Desember 2025.
- Jenazah pertama ditemukan 29 November di kebun sawit Janji Maria; jenazah kedua ditemukan 7 Desember di tengah persawahan.
- Relawan telah beroperasi sejak 24 November 2025 mengevakuasi puluhan korban dari lokasi yang sulit dijangkau lumpur tebal.
SuaraSumut.id - Di tengah lumpur pekat dan derasnya aliran Sungai Garoga di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, tim SAR gabungan terus berjuang mencari korban banjir bandang dan longsor.
Setelah hampir dua pekan operasi pencarian dan evakuasi, tim menemukan dua jenazah yang masih terbungkus kain kafan. Penemuan ini menjadi salah satu kisah paling membekas dari upaya evakuasi korban banjir bandang.
Penemuan itu disampaikan oleh salah satu relawan SAR, Decky Chandrawan yang turut bergabung bersama Basarnas dalam operasi pencarian dan evakuasi korban.
"Sejauh ini sudah dua mayat dalam kain kafan yang tim kami temukan," katanya melansir Antara, Selasa 9 Desember 2025.
Ketua dewan pendiri KPA Forester Tabagsel ini menjelaskan kedua jenazah ditemukan di lokasi yang saling berjauhan.
Jenazah pertama ditemukan pada 29 November, dalam kondisi utuh di area kebun kelapa sawit di Janji Maria, pada jalur banjir bandang yang mengalir dari Sungai Garoga.
Jenazah kedua ditemukan pada 7 Desember, sekitar satu kilometer dari bibir sungai, terdampar di tengah persawahan, dalam kondisi tidak utuh.
"Kami nggak tahu pasti asalnya dari mana. Apa jenazah itu dari Tapsel atau sudah masuk wilayah Tapteng, masih simpang siur," ujarnya.
Dirinya menduga salah satu jenazah tersebut belum lama dikuburkan sebelum terseret arus bencana.
Jenazah yang ditemukan, termasuk dua jasad berkafan itu, dibawa ke Puskesmas terdekat untuk proses lebih lanjut.
"Soal dimakamkan lagi atau tidak, kami nggak tau.Tugas kami hanya memastikan jenazah sampai ke fasilitas kesehatan," jelasnya.
Decky mengaku terjun ke lokasi bukan sekadar menjalankan tugas, melainkan panggilan hati. Dengan pengalaman beberapa kali pelatihan SAR, ia merasa tak etis jika hanya diam ketika bencana sebesar ini terjadi.
"Total sudah 12 hari di lapangan. Sejak peeistiwa bencana 24 November 2025. Puluhan korban sudah ditemukan dan dievakuasi, banyak yang rusak, beberapa kehilangan anggota tubuh," ceritanya.
Salah satu evakuasi paling berat ia alami di Desa Pardamean, lokasi temuan korban paling jauh. Jalur menuju titik itu tertutup lumpur setinggi lutut.
Tim harus menggotong jenazah menggunakan tandu, menembus rimbunan material banjir bandang.