Scroll untuk membaca artikel
Farah Nabilla | Hernawan
Selasa, 24 November 2020 | 18:39 WIB
Rizieq Shihab saat menghadiri kerumunan massanya (Foto: Antara)

SuaraSumut.id - Denny Siregar, pegiat sosial media punya analisis sendiri soal model kepemimpinan Rizieq Shihab dan sikapnya terhadap para pengikutnya.

Menurut Denny, pentolan Front Pembela Islam (FPI) itu punya kesamaan dengan pimpinan Nazi Adolf Hitler.

Bukan cuma cara memimpinnya saja, Denny juga menyebut bahwa kondisi sosial para pengikut Rizieq pun punya kesamaan dengan Hitler.

Denny Siregar mengatakan, propaganda kedua tokoh itu memainkan propaganda yang sama.

Baca Juga: Spanduk 'HMI Siap Kawal Kedatangan Habib Rizieq' di Medan Dicopot Satpol PP

"Untuk revolusi butuh sebuah sosok orator ulung seperti Adolf Hitler. Sosok itu ada pada Habib Rizieq sekarang," ujar Denny Siregar dikutip Hops.id -- Jaringan Suara.com dari tayangan dalam kanal YouTube Cokro TV.

Dalam pembahasan bertajuk "Pangdam Jaya Bukan Hancurkan Baliho, Tapi Hancurkan Simbol Perpecahan" itu, Denny Siregar mengawali dengan membahas seluk beluk Nazi.

Menurut dia, kekuatan Nazi bisa membesar lantaran ada propaganda yang sederhana tetapi mematiakan.

Denny Siregar dalam Tayangan YouTube Cokro TV (YouTube/CokroTV).

Nazi menyebarkan kebohongan terus menerus secara berulang sampai dianggap menjadi sebuah kebenaran.

Denny Siregar kemudian mencermati propaganda ala Adolf Hitler yang menurutnya hadir di Indonesia lewat sosok Habib Rizieq.

Baca Juga: Sempat Mangkir, Putri dan Menantu Rizieq Siap Diperiksa Polisi Jika...

"Coba perhatikan narasi yang beredar banyak di media sosial, kebencian pada China, bangkitnya PKI, ditindasnya Umat Islam di Indonesia yang mayoritas, adalah narasi bohong yang terus disebarkan untuk membangkitkan ketakutan dan kebencian yang nanti berujung pada revolusi besar," kata Denny Siregar.

Menurut Denny Siregar, membangun revolusi dibutuhkan tokoh yang mampu menerjemahkan propaganda yang dimainkan. Dalam konteks saat ini, Denny menuturkan sosok itu ada pada Habib Rizieq.

"Untuk revolusi butuh sosok orator ulung seperti Hitler, seorang yang rasis yang dalam pikirannya cara berkuasa meski korbankan jiwa. Sosok itu ada pada Habib Rizieq sekarang, dan bumbu-bumbu yang ditambahkan bahwa ia adalah cucu nabi dan siapa pun menghina cucu nabi dia dibenci dan tak akan masuk surga," terang Denny Siregar.

Lebih lanjut, Denny Siregar juga menuding Habib Rizieq memainkan propaganda dengan narasi tentang kriminalisasi para ulama. Oleh sebab itu, para aparat penegak hukum lalu disalahkannya.

Denny Siregar menjelaskan, salah satu usaha Habib Rizieq untuk menyebarluaskan propaganda adalah dengan menyebar baliho di mana-mana.

Kemudian Denny Siregar menyoroti para pengikut Habib Rizieq yakni FPI yang jumlahnya menjamur bahkan bertambah dari waktu ke waktu.

Menurutnya, pengikut Habib Rizieq serupa dengan pengikut Adolf Hitler yang diselimuti banyak permasalahan hidup.

"Modelnya pengikutnya mirip dengan pengikut Adolf Hitler pada masanya, bodoh miskin, punya masalah, pengangguran, dan mereka yang sudah diberikan mimpi kelak Islam akan berjaya. Kalau pun ada yang berpendidikan, itu digunakan untuk kepentingan kelompok mereka pribadi," tukas Denny Siregar.

Tidak hanya menyinggung sosok Habib Rizieq, Denny Siregar juga bertanya-tanya siapa sosok dibalik propaganda Imam Besar FPI itu.

Pasalnya, Denny Siregar menduga kuat propagandanya didanai dan dimainkan kelompok elit politik yang ingin memperoleh kekuasaan.

Oleh sebab itu, Denny Siregar mengapresiasi betul langkah Pangdam Jaya mencopot baliho Habib Rizieq.

"Ketika Pangdam Jaya hancurkan baliho itu orang politik teriak. Habib Rizieq adalah investasi mereka sejak lama. Ketika simbol propaganda mereka dihancurkan, maka hancur pula harapan mereka untuk bisa memenangkan pertarungan di Pilkada dan Pilpres," tandas Denny Siregar.

"Pangdam Jaya sudah melakukan hal yang benar, mematikan api kecil yang kelak kalau dibiarkan negara kebakaran besar dan Jokowi sudah benar membangun lapangan ekonomi sebesar dan sebanyaknya supaya tak banyak pengangguran yang dimanfaatkan elit politik dan kroninya," pungkasnya.

Load More