SuaraSumut.id - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) seperti Pertalite, Pertamax, dan Solar membuat pekerja di bidang transportasi kian merana.
Hal inilah yang dirasakan driver ojek online (ojol) di Medan, Sumatera Utara (Sumut). Mereka mengaku kenaikan BBM, khususnya Pertalite sangat memukul pendapatan.
"Kenaikan BBM ini begitu berdampak apalagi bagi kami yang bekerja di jasa transportasi. BBM naik membuat pengeluaran untuk membeli minyak makin besar. Ini belum lagi, kebutuhan yang lain," kata driver ojol bernama Ahmad Nasution (32) kepada SuaraSumut.id, Senin (5/9/2022).
Nestapa driver ojol tak berhenti di pengeluaran yang saat ini "berdarah-darah" akibat kenaikan harga BBM. Ahmad mengaku saat ini pemasukan sebagai ojol terbilang sepi.
Baca Juga:Sidang Perdana Kasus Korupsi Surya Darmadi Digelar Kamis 8 September di PN Jakpus
"Ini pun terkait dengan lapangan pekerja yang minim, membuat banyak orang bekerja jadi ojol. Ini berdampak ke orderan yang masuk," katanya.
"Kalau dulu mencari uang Rp 100 ribu gampang kali. Sekarang mengelus dada lihatnya. Kadang sehari cuma dua orderan yang masuk," sambung Ahmad sambil menunjukan pendapatannya yang tercatat di handphone.
Ahmad secara jujur mengaku tidak begitu mempersalahkan kenaikan BBM jika pendapatan sehari-harinya menjadi ojol cukup. Dirinya sudah sangat bersyukur dengan orderan ramai masuk yang disebutnya 'gacor', tapi yang terjadi sebaliknya.
"Kalau gacor alhamdulilah, kalau sepi (orderan) telungkup," ungkapnya.
Menurut Ahmad, naiknya harga BBM ini sangat memukul kalangan masyarakat bawah.
"Bukan hanya ojol, masyarakat bawah yang sehari dapat sehari habis, sangat terpukul dengan kenaikan BBM ini. Karena pemasukan gak bertambah, pengeluaran besar," imbuhnya.
"Harapannya ada bantuan pemerintah. Katanya Pak Jokowi mau bantu ojol sama nelayan. Misalnya ada bantuan langsung tunai, kalau bisa merata juga," harapnya.
Hal senada juga disampaikan driver ojol bernama M Reza Siregar (29). Ia mengaku kenaikan harga BBM sangat berdampak sekali.
"Berdampak sekali, setiap hari keliling, minyak naik, pengeluaran bertambah, sedangkan pemasukan gak naik-naik," katanya.
Reza mengaku mengeluarkan uang Rp 45 ribu untuk mengisi BBM setiap harinya. Dengan kenaikan itu maka pengeluarannya akan bertambah besar.
"Kalau pemasukan lumayan gak masalah naik BBM, aku pun gak mau dapat bantuan, ini kan sudah sepi, harga-harga makin naik, apa gak ngeri. Bagaimana nasib masyarakat kecil yang lain, yang juga banyak yang terdampak kenaikan ini," jelasnya.
Terkait dengan kenaikan BBM, Presiden Jokowi menyampaikan akan memberikan bantuan kepada ojol dan nelayan.
Jokowi telah memerintahkan pemerintah daerah untuk menggunakan 2 persen dana transfer umum Rp 2,17 triliun untuk membantu ojol dan nelayan. Bantuan ini disalurkan selama empat bulan, dimulai bulan September.
Ketua Gerakan Roda Dua Ojek Online Indonesia (Garda Ojol) Region Sumatera Utara (Sumut) Joko Pitoyo mengatakan, pihaknya masih menanti teknis penyaluran bantuan terhadap driver ojol.
"Walaupun kawan-kawan sudah mendesak untuk turun aksi, namun secara organisasi karena garda sifatnya nasional saya koordinasi yang di pusat," jelasnya.
Pihaknya terus memonitor perkembangan bantuan yang telah dijanjikan Jokowi. Menurutnya, bantuan ini dibutuhkan untuk teman-teman ojol yang terdampak kenaikan BBM.
"Secara organisasi kita juga telah menyurati Presiden Jokowi dan menteri, terkat hal tersebut," katanya.
Kontributor : M. Aribowo