Waspada! Kurang Tidur Bisa Sebabkan Pikun

faktor demensia yang tak dapat dihindari, salah satu adanya genetik atau keluarga yang juga mengalaminya, jenis kelamin, usia, dan ras.

Suhardiman
Senin, 17 Oktober 2022 | 13:00 WIB
Waspada! Kurang Tidur Bisa Sebabkan Pikun
Ilustrasi seorang pria yang terkena demensia. [Pixabay]

SuaraSumut.id - Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami demensia atau pikun, seperti faktor usia, stres dan kurang tidur.

Dokter Spesialis Saraf RS Sari Asih Cipondoh Kota Tangerang Mimin Supriatin mengatakan, faktor dimensia yang tak dapat dihindari, salah satu adanya genetik atau keluarga yang juga mengalaminya, jenis kelamin, usia, dan ras.

"Faktor risiko lain yang bisa kita hindari, misalnya merokok, alkohol, tidur yang kurang, stres berlebihan juga menambah penyakit lain seperti, hipertensi, diabetes, kolesterol dan penyakit jantung," kata Mimin melansir Antara, Senin (17/10/2022).

Ia menjelaskan, pikun bagi beberapa orang dianggap hal biasa yang terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini merupakan sebuah sindrom gangguan yang membuat fungsi otak menjadi menurun.

Baca Juga:Dupa di Jepang: Asal Usul, Sejarah, dan Ritual Koh-Do 'Cara Wewangian'

Demensia pada orang lanjut usia dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, karena sindrom ini menyerang fungsi kognitif atau daya pikir yang menyebabkan terganggunya daya ingat, perilaku, perasaan atau emosi.

Sindrom demensia seringkali tidak terdeteksi karena sering dianggap biasa. Namun, jika terlalu sering lupa dan membahas tema yang sama dalam waktu berdekatan, bisa jadi hal tersebut perlu penanganan lebih lanjut.

"Semakin seseorang bertambah usia, akan terjadi perubahan, baik pada tubuh maupun pikiran, terutama ingatan. Selama ini kita merasa maklum dengan orang pikun, dan itu sebenarnya tidak boleh kita biasakan, sebaiknya harus diwaspadai," ujarnya.

Ada yang masih pada tingkatan normal, ada yang sudah pada tingkatan tidak normal dan itu harus dibedakan. Mungkin beberapa kali lupa menaruh sesuatu masih bisa dianggap normal atau batas wajar.

"Yang tidak wajar jika kita bertemu seseorang setiap hari tapi kita selalu lupa akan namanya atau mengulang-ulang pertanyaan yang sama, padahal sebelumnya pernah ditanyakan," ujarnya.

Baca Juga:Mati Kutu! Satria Mulia Diskakmat Isa Zega soal Hoax Rizky Billar

Gejala demensia yang perlu diwaspadai adalah labil emosi, linglung, lupa, lamban dalam berpikir dan logika menurun. Biasanya kerap disingkat Lalilulelo.

Kondisi ini jika dibiarkan akan mengalami perburukan, selain faktor memori yang terkena, faktor lain seperti emosi serta perilaku juga terserang, dan biasanya gangguan ingatan terjadi pada usia lanjut di atas 60 tahun.

Dirinya menyarankan untuk segera memeriksakan kondisi seseorang jika terdeteksi faktor-faktor tersebut sedini mungkin ke spesialis saraf. Spesialis akan melakukan beberapa pemeriksaan penyebab gangguan memori tersebut.

"Konsultasi, pemeriksaan tes memori, terapi, baik farmakologi dan nonfarmakologi yang tepat bagi seseorang yang terdeteksi gejala demensia agar kondisi gangguan ingatan mereka tidak bertambah buruk," jelasnya.

Aktif dalam kegiatan yang bersifat sosial mampu menekan dampak demensia seseorang, seperti olahraga, aktivitas keagamaan, silaturahim keluarga atau tetangga hingga menekuni hobi yang disukainya.

"Biasanya seseorang yang mengalami demensia sering menarik diri dari lingkungannya dan tidak melakukan hobi yang biasa ditekuni. Aktivitas-aktivitas yang rutin dijalankan dapat memperlambat laju perburukan demensia pada seseorang," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini