Nilai Tukar Petani di Sumut Terus Meningkat, Ini Penyebabnya

Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga kelapa sawit, cabai merah, dan gabah.

Suhardiman
Sabtu, 02 Maret 2024 | 07:05 WIB
Nilai Tukar Petani di Sumut Terus Meningkat, Ini Penyebabnya
Ilustrasi petani. (Canva)

SuaraSumut.id - Nilai tukar petani (NTP) di Sumatera Utara (Sumut) terus meningkat. Pada Februari 2024, NTP naik 1,09 persen menjadi 130,56 dibandingkan bulan sebelumnya.

"Sumut merasakan kenaikan NTP, sama seperti di tingkat nasional. Di mana NTP pada Februari 2024 bertambah 2,28 persen menjadi 120,97 dibandingkan Januari," kata Kepala BPS Sumut Nurul Hasanudin, melansir Antara, Sabtu (2/3/2024).

Kenaikan NTP di Sumut telah terjadi sejak bulan Juli 2023. Kenaikan ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti indeks harga yang diterima petani (It) meningkat 1,71 persen menjadi 154,74.

Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga kelapa sawit, cabai merah, dan gabah. Indeks harga bayar petani (Ib) juga naik 0,62 persen menjadi 118,52.

"Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga tani, harga ayam broiler starter dan finisher, dan upah pemanenan," ujarnya.

Kenaikan NTP paling terasa pada subsektor tanaman hortikultura, dengan NTP naik 4,81 persen dari 90,86 pada Januari 2024 menjadi 95,23 pada Februari 2024.

Lalu NTP tanaman perkebunan rakyat bertambah 1,10 persen pada Februari 2024, dari 166,37 di bulan sebelumnya menjadi 168,20. Sedangkan NTP tanaman pangan naik 0,77 persen dari 101,76 menjadi 102,55.

Di luar tiga subsektor itu, NTP lain yakni peternakan, perikanan, nelayan dan pembudi daya ikan menurun. NTUP Sumut pada Februari 2024 juga semakin baik atau bertambah 1,53 persen menjadi 129,88 dari bulan sebelumnya.

Selain karena It yang meningkat, NTUP semakin tinggi karena indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) naik 0,18 persen menjadi 119,15 pada Februari 2024.

Dari sisi subsektor, kenaikan NTUP secara positif dirasakan oleh NTUP tanaman hortikultura (5,07 persen), tanaman perkebunan rakyat (1,70 persen) dan tanaman pangan (1,25 persen). Adapun NTUP subsektor peternakan, perikanan, nelayan dan pembudi daya ikan seluruhnya menurun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini