- BPBD Aceh Barat memastikan semua 39.890 jiwa pengungsi banjir telah kembali ke rumah masing-masing.
- Banjir bandang dampak akhir November 2025 menimpa sepuluh kecamatan di Aceh Barat, merusak infrastruktur vital.
- Pemerintah daerah telah menyalurkan bantuan masa panik dan sedang memperbaiki akses jalan menuju Desa Sikundo.
SuaraSumut.id - BPBD Kabupaten Aceh Barat memastikan bahwa seluruh masyarakat yang sebelumnya mengungsi akibat bencana banjir bandang dan banjir luapan telah kembali ke rumah masing-masing. Kepastian ini menjadi kabar positif bagi proses pemulihan pascabencana yang melanda sejumlah wilayah di Aceh Barat dalam beberapa waktu terakhir.
"Seluruh pengungsi korban bencana alam banjir saat ini sudah berada di rumah,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPBD Kabupaten Aceh Barat, Teuku Ronal Nehdiansyah di Aceh Barat, Senin.
Ia menjelaskan, jumlah korban atau terdampak bencana alam banjir bandang mencapai sebanyak 39.890 jiwa atau 13.826 kepala keluarga (KK).
Para korban tersebar di sepuluh kecamatan, diantaranya di Kecamatan Kecamatan Johan Pahlawan sebanyak 5.753 jiwa/1.971 KK, Kecamatan Kaway XVI sebanyak 6.871 jiwa/2.542 KK, Kecamatan Meureubo sebanyak 3.989 jiwa/1.386 KK, Kecamatan Pante Ceureumen sebanyak 6.886 jiwa/2.121 KK, Kecamatan Sungai Mas sebanyak 862 jiwa/500 KK.
Selanjutnya, Kecamatan Woyla sebanyak 6.402 jiwa/2.256 KK, Kecamatan Woyla Timur sebanyak 1.367 jiwa/458 KK, Kecamatan Woyla Barat sebanyak 4.486 jiwa/1.511 KK, Kecamatan Arongan Lambalek sebanyak 3.219 jiwa/1.056 KK, serta Kecamatan Panton Reue sebanyak 55 jiwa/25 KK.
Pemerintah daerah juga telah menyalurkan aneka bantuan masa panik kepada masyarakat korban banjir, terdiri dari beras, telur, minyak goreng, mi instan, serta aneka bantuan lainnya.
Saat ini jumlah masyarakat yang masih terisolasi sebanyak 117 jiwa atau 37 kepala keluarga (KK) tersebar di Desa Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat.
Pemkab Aceh Barat saat ini terus berupaya melakukan perbaikan jalan ke kawasan Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, setelah akses jalan sepanjang lima kilometer menuju ke kawasan terpencil tersebut rusak parah akibat tergerus sungai ketika musibah banjir bandang terjadi pada akhir November 2025 lalu.