SuaraSumut.id - Bank Indonesia menilai, daya beli masyarakat di Sumut mulai kembali meningkat. Secara kumulatif, inflasi Sumut mencapai 0,40% di bawah rata-rata historisnya.
Demikian dikatakan Kepala Perwakilan BI Sumut Wiwiek Sisto Widayat dalam rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Rabu (21/10/2020).
Wiwiek mengatakan, sepanjang 2020 deflasi utama bersumber dari kelompok transportasi didorong oleh penurunan tarif angkutan udara.
"Deflasi tertahan oleh kenaikan harga emas perhiasan yang menjadi komoditas favorit di masa pandemi," kata Wiwiek.
Mengenai kenaikan harga beberapa komoditas yakni Cabai Rawit dan Bawang Merah, Wiwiek menyebut, hal itu disebabkan oleh faktor curah hujan tinggi beberapa hari terakhir.
Kenaikan harga Bawang Putih dan Daging Ayam dipengaruhi faktor peningkatan permintaan konsumen di tengah ketersediaan stok yang cenderung terbatas. Sedangkan harga Cabai Merah juga menunjukkan tren meningkat, meski stok masih dari Jawa dan Deli Serdang.
"Secara historis, bahan pangan menjadi penggerak inflasi utama. Bahan pangan seperti aneka cabai, ikan segar dan daging ayam ras menjadi penggerak inflasi utama di akhir tahun dalam tiga tahun terakhir. Di tiga bulan terakhir memang kita harus mengantisipasi gagal panen akibat tingginya curah hujan di beberapa daerah," ungkap Wiwiek.
Daerah sentra produksi cabai merah yaitu Tapanuli Utara, Simalungun, Dairi, Karo, Deli Serdang, Humbang Hasundutan dan Batubara. Sementara sentra cabai rawit dihasilkan dari Simalungun, Dairi dan Karo.
Pertumbuhan Ekonomi Terkini
Baca Juga: 3 Bocah di Langkat Hilang Misterius Saat Bermain
Menurut Wiwiek, pandemi Covid-19 memukul ekonomi seluruh negara, terkonfirmasi oleh PDB di hampir seluruh negara yang mengalami kontraksi pada triwulan II 2020.
Namun prospek ekonomi global tidak serendah perkiraan awal didorong perbaikan prospek di negara maju. Hal tersebut terkait dengan respon kebijakan moneter dan fiskal yang cepat dan besar diiringi oleh penanganan virus corona yang baik.
"Di satu sisi, prospek di negara berkembang diprediksi memburuk di mana penyebaran Covid-19 meningkat dengan cepat. Adapun prospek pemulihan ekonomi diprediksi akan lebih menantang dan diliputi ketidakpastian yang tinggi," katanya.
APBD belum optimal
Mengenai realisasi belanja APBD hingga Agustus di Sumut, dijelaskan Wiwiek masih belum optimal. Realisasi belanja Pemda di Sumut per Agustus 2020 masih terbilang cukup rendah.
Tercatat hanya pemerintah provinsi yang sudah melakukan penyerapan anggaran di atas 60% dan hanya 4 kabupaten/kota yang telah realisasi di atas 50%. Kendala utama penyerapan APBD diantaranya adalah proses realokasi anggaran yang masih berlangsung pada pertengahan tahun sehingga proses belanja menjadi terhambat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Tol Sinaksak-Simpang Panei Dibuka Mulai 16 Desember 2025
-
Bulog Salurkan Bantuan 2.855 Ton Beras untuk Korban Bencana di Sumut
-
Pemkot Medan Terima Bantuan 30 Ton Beras dari Uni Emirat Arab untuk Korban Banjir
-
Daftar Aplikasi Berbahaya di Android, Pengguna Wajib Hapus Sekarang
-
Pemkot Medan Berencana Bikin Festival Semarak Pergantian Tahun 2025, Anggarannya Besar