SuaraSumut.id - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga mengunjungi Rumah Tjong A Fie di Jalan Jenderal Ahmad Yani Medan. Sandiaga datang dengan didampingi oleh Wali Kota Medan Bobby Nasution.
Rumah Tjong A Fie adalah salah satu peninggalan sejarah era penjajahan Belanda. Ia merupakan saudagar sekaligus tokoh masyarakat etnis Tionghoa Medan.
Sebelum berkunjung ke Tjong A Fie Mension, Sandiaga terlebih dahulu menunaikan salat Magrib di Masjid Lama Gang Bengkok, di Jalan Masjid, Kecamatan Medan Barat.
Sandiga yang tiba sekitar pukul 19.48 WIB dengan berjalan kaki disambut pihak keluarga dan di jamu oleh keturunan Tjong A Fie dengan bersantap malam.
Baca Juga:Ganteng dan Bersuara Merdu, Ekhsan Yakin Sukses di Industri Musik
Seorang keluarga dari Tjong A Fie sekaligus pengelola dari rumah yang merupakan cagar budaya Kota Medan, mengatakan beberapa menu makanan yang di hidangkan kepada menteri Sandi.
"Kalau menunya ada macem-macem, ada kari kambing, ada roti cane," katanya.
Sandiaga Uno mengaku terkesan dengan salah satu peninggalan sejarah Kota Medan itu.
"Magnet Kota Medan itu adalah kuliner yang dilengkapi dengan cerita sejarah, seperti yang tadi kita dengar bahwa ada seorang pemimpin dari Tiongkok yang 100 tahun lalu meninggal, namun meninggalkan keberagaman," kata Sandi.
Ia mengatakan, cerita sejarah yang ada seperti Tjing A Fie ini menjadi magnet bagi wisatawan untuk datang ke Medan.
Baca Juga:Suasana Bundaran HI saat Peringatan Earth Hour
Sehingga saat orang berkunjung ke destinasi super prioritas Danau Toba, harus berkunjung ke Kota Medan.
"Sehingga magnet yang di dapat di Kota Medan adalah daya tarik sejarah dan pariwisata berbasis kuliner," ujar Sandi.
Wali Kota Medan, Bobby Nasution mengatakan, program The Kitchen of Asia merupakan spirit yang diambil dari Tjong A Fie yang walaupun ratusan tahun yang lalu meninggal, namun menanamkan nilai kerukunan dan keberagaman suku, ras dan agama.
"Nah kita mencoba satu cara untuk menyatukan etnis di Kota Medan, mencari salah satu solusi yakni kuliner," kata Bobby.
Ia menjelaskan, kekayaan kuliner di Kota Medan menjadi solusi dari persoalan wisata di Kota Medan.
"Medan tidak punya alam yang menjadi daya tarik, namun punya kuliner yang dikenal masyarakat Indonesia," ungkapnya.
Bobby ingin mengembalikan kawasan kesawan sebagai sentral perdagangan yang pada zaman dahulu punya cerita dan sejarahnya masing-masing.
"Nilai sejarah ini lah nanti yang akan menjadi nilai tambah dari khas kuliner yang ada," ungkapnya.
Oleh karena itu, kata Bobby, mengingat pentingnya "dapur" sebagai ujung tombak pemulihan ekonomi di Kota Medan, maka ke depan Pemko Medan akan mengubah mindset tersebut dengan menempatkan pusat kuliner di kawasan Kesawan Medan.
"Bahkan kalau kita lihat di tempat-tempat makan kekinian, cara memasak itu menjadi nilai seni tersendiri. Makanya ke depan ini nanti berbagai masakan khas kuliner itu harus terpajang di kesawan berikut cerita dan nilai sejarah dari khas kuliner tersebut," tukasnya.
Kontributor : Muhlis