SuaraSumut.id - Harga daging sapi di Medan mengalami kenaikan. Harga daging dijual Rp 125 ribu hingga Rp 135 Ribu. Kenaikan harga ini berimbas terhadap omzet pedagang yang mengalami penurunan. Kondisi ini diperparah dengan sepinya pembeli.
Salah seorang pedagang daging sapi di Pusat Pasar Medan, Erwin mengatakan, harga daging mulai merangkak naik pada akhir Februari 2022.
"Mulai 28 Februari 2022 naik sekitar Rp 10 ribu per kilogram," kata Erwin kepada SuaraSumut.id, Rabu (2/3/2022).
Ia mengatakan, harga daging sapi sebelumnya dijual Rp 115 ribu setelah naik menjadi Rp 125 ribu.
Baca Juga:Apple Hingga Boeing Ancam Hengkang dari Rusia Pasca Operasi Militer di Ukraina
"Kenaikan harga daging ini berdampak ke kita (pedagang). Lihat aja meja (pemotongan daging) ini kosong, sepi," ungkap Erwin.
Meski dalam kondisi sepi, Erwin mengaku tetap buka demi menjaga langganannya.
"Kita buka karena jaga langganan ini, biasa motong satu ekor, ini dibagi dua (setengah ekor), gitulah kita menyikapinya," ucap Erwin.
Menurut Erwin, harga daging sapi akan terus mengalami kenaikan hingga memasuki bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
"Ini kira-kira bakal naik lagi menjelang Ramadhan. Harapan kita pemerintah segera memulihkan kondisi ini," tukasnya.
Baca Juga:Nobar Persib Vs Persija Berujung Tawuran, Polisi Amankan Puluhan Bobotoh dan The Jakmania
Sementara itu, di Pasar Palapa, Jalan KL Yos Sudarso Kecamatan Medan Barat, harga daging sapi naik berkisar Rp 125 ribu sampai Rp 130 ribu.
"Pembeli udah mulai mengeluh (naik harga daging," kata salah seorang pedagang bernama Andi.
Ia menjelaskan, omzet penjualan daging sudah mengalami penurunan.
"Dibarengi dengan stok yang terbatas, per harinya setengah ekor. Sebelumnya mau sampai dua ekor (sapi). Kalau stok daging bisa dipenuhi, mungkin harga bisa lebih stabil," tandasnya.
Pengamat Ekonomi Sumut Gunawan Benjamin menerangkan, harga daging sapi di sejumlah pasar tradisional di Medan belakangan ini memang mengalami kenaikan.
Ia menilai, pemicu naiknya harga daging sapi terkait dengan naiknya harga sapi indukan di Australia.
"Pemicunya kalau saya amati ini memang dari harga sapi indukan di Australia yang belakangan naik," kata Gunawan.
Dari hasil pengamatannya di lapangan, harga jual sapi setelah digemukan di Indonesia itu harganya tidak terlalu jauh dengan harga sapi saat dibeli.
Tetapi perusahaan penggemukan sapi mendapatkan keuntungan itu dari bobot sapi yang bertambah.
"Jadi kalau dibeli dari Australia bobotnya 150 kiloan, maka setelah digemukan bobotnya menjadi sekitar lebih dari 350 kilo," imbuhnya.
"Tentunya ada penambahan biaya penggemukan lagi. Maka berdasarkan harga sapi yang mencapai 62 hingga 64 ribu per kilonya itu bisa menciptakan harga daging sapi sekitar Rp 110 hingga 120 ribuan perkilo," sambungnya.
Pembeli Mengeluh, Pedagang Rugi
Gunawan mengatakan, harga daging sapi di tingkat pedagang pengecer saat ini dijual dalam rentang Rp 125 ribu hingga Rp 140 ribu itu wajar.
"Tetapi tentunya dikeluhkan oleh para konsumen. Pada dasarnya konsumsi daging sapi belum sepenuhnya pulih dibandingkan dengan masa sebelum pandemic. Sejauh ini konsumsi daging sapi itu masih sekitar 50 persenan dari rata rata konsumsi sebelum pandemi," jelasnya.
Dampak dari kenaikan ini memang membuat pedagang maupun perusahaan penggemukan sapi terbebani.
"Keuntungan menjadi kian tipis, atau bahkan berpeluang merugi jika mengikutkan biaya tenaga kerja, sewa lapak jualan hingga penyusutan," jelasnya.
Kenaikan harga daging sapi juga berimbas terhadap pelaku UMKM. Karena konsumsi daging sapi di Medan sekitar 70 persen justru dikonsumsi oleh pedagang bakso atau pelaku UMKM lain.
"Dalam konteks kenaikan harga daging sapi saat ini, saya melihat pelaku usaha atau UMKM yang banyak dirugikan," tukasnya.
Kontributor : M. Aribowo