Rusia Denda Google 260.000 Dolar, Ini Penyebabnya

Google menolak berkomentar untuk kejadian tersebut.

Suhardiman
Jum'at, 17 Juni 2022 | 10:16 WIB
Rusia Denda Google 260.000 Dolar, Ini Penyebabnya
Ilustrasi Google. (Pixabay)

SuaraSumut.id - Google Alphabet didenda 15 juta rubel atau 260.000 ribu dolar Amerika karena berulang kali gagal mematuhi undang-undang Rusia yang mewajibkan perusahaan teknologi untuk melokalisir data pengguna.

Pengadilan di Moskow, Rusia, menyatakan perusahaan teknologi asing dalam beberapa tahun terakhir diberikan denda oleh Rusia atas berbagai pelanggaran.

"Ini adalah upaya Moskow untuk melakukan kontrol yang lebih besar atas internet." kata para kritikis

Google menolak berkomentar untuk kejadian tersebut. Selain itu, Twitter juga terkena pembatasan oleh Rusia.

Baca Juga:Wakil Menteri Agama Minta Pengunggah Stupa Borobudur Mirip Jokowi Diproses Hukum

Ada juga jaringan sosial unggulan Meta Platform Incs, Facebook serta Instagram, tetapi Google dan layanan hosting video YouTube-nya, meskipun di bawah tekanan, tetap tersedia untuk saat ini.

Khususnya Moskow keberatan dengan perlakuan YouTube terhadap media Rusia, yang telah diblokirnya. Anton Gorelkin, wakil kepala komite Duma Negara untuk kebijakan informasi, mengatakan perusahaan AS itu belum berisiko mengalami nasib yang sama.

"Pemblokiran adalah tindakan ekstrem dan YouTube dan Google belum melewati batas kewajaran ini, tetapi mereka terlibat dalam perang informasi melawan Rusia," kata Gorelkin.

Pengadilan Distrik Tagansky Moskow telah menjatuhkan denda atas apa yang digambarkan sebagai kegagalan berulang Google untuk menyimpan data pribadi pengguna Rusia dalam basis data di wilayah Rusia.

Google memindahkan beberapa karyawan dari Rusia setelah Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada akhir Februari.

Baca Juga:INFOGRAFIS: Rute Bus Shalawat untuk Jemaah Haji di Makkah

Aplikasi berbagi foto LikeMe didenda 1,5 juta rubel untuk pelanggaran pertama. LikeMe tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Kemampuan Google untuk membayar dapat terhambat karena anak perusahaannya di Rusia mengumumkan rencana untuk mengajukan kebangkrutan pada Mei setelah pihak berwenang menyita rekening banknya.

Gorelkin mengatakan, Google tidak dapat menjadi pemimpin global tanpa operasi di China dan menunjuk Yandex, sering disebut sebagai jawaban Rusia untuk Google, sebagai pesaing yang layak.

"Saya yakin Google akan tetap berada di Rusia jika tidak melewati batas," katanya. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini